Ucok Homicide adalah pembicara pertama. Ia didaulat menjadi headliner diskusi karena tulisannya yang bertajuk "making punk a threat again" telah menjelma sebagai semacam pelatuk bagi kesadaran mengkaji terminologi punk. Sosok dibalik alter ego Morgue Vanguard itu awalnya mengaku enggan hadir di gelaran ini, karena menurutnya ia kurang layak karena tidak terlalu punk, namun ia merasa memiliki hutang inspirasi kepada ideologi punk yang ia kenal sewaktu masih berseragam putih-abu. Ucok menyampaikan poin materi yang tidak sedikit. Salah satu buah pemikirannya adalah bahwa saat ini punk (yang berciri khas semangat resistensi) telah menghadapi musuh yang lebih besar, kapitalisme. Pembahasan tentang musuh bersama punk serta hal lain yang akhirnya mengarahkan diskusi ke tajuk soal kemanusiaan kemudian dibahas oleh pembicara berikutnya.
Sewaktu menyelesaikan studi sarjana di Universitas Indonesia, dia menulis sejarah punk Jakarta yang akhirnya terbit sebagai artikel dengan 4 seri berbeda di jakartabeat.net. Kini sang vokalis Cryptical Death itu sedang menempuh studi lanjutan di Universitas Passau di Jerman. Dia yang dimaksud adalah Fathun Karib. Sebelum menerbitkan tulisan berjudul .. di jakartabeat.net yang terkesan hadir sebagai argumen susulan tulisan Ucok, ia sebenarnya sudah merencakan penerbitan buah pikirannya itu sebelumnya. Karib menyadarkan pendengarnya bahwa kejadian razia punk di Aceh bias jadi sebuah pre-text, mengingat saat ini Aceh akan menghadapi momen pemilihan kepala daerah, sehingga mungkin saja hal tadi adalah salah satu bentuk kampanye, atau gejala politik yang serupa dengan insiden pembunuhan 7 jenderal yang menjadi intro dari penggulingan kekuasaan Soekarno. Karib mengajak hadirin untuk membuka mata lebih lebar, hingga sadar bahwa isu politik sudah disinggung dalam insiden punk Aceh yang menyita perhatian dunia internasional itu.
Selain ahli ilmu sosial dan praktisi musik yang kaya dasar keilmuan, pembicara lain di acara itu adalah Hikmawan Saefullah, dosen serta ahli hubungan internasional Universitas Padjadjaran yang juga dikenal sebagai gitaris Alone At Last. Papap, demikian ia biasa dipanggil, memaparkan bahwa kaum punk perlu memiliki logika perlawanan yang baru agar tetap eksis. Ia juga merumuskan formula bagi sehatnya budaya punk sebagai budaya counter hegemoni. Tiga hal yang Papap sayangkan dari punk saat ini adalah miskinnya teks-teks tentang punk, pengaruh gender yang di Indonesia punk terkesan lebih banyak kadar maskulinnya, serta kesan Do It Yourself (DIY) yang diartikan menjauh dari masyarakat penghuni arus utama, sehingga masyarakat awam memiliki penafsiran yang timpang tentang punk.
Jika ketiga pembicara sebelumnya adalah musisi, maka yang keempat ini mengaku satu-satunya pembicara yang bukan pemain musik, meski tentu saja ia sangat menaruh perhatian tinggi terhadap dinamika dunia musik, bahkan tiga tahun lalu Philips Vermonte ini mendirikan jakartabeat.net. Peneliti CSIS (Center for Strategic and International Study) yang juga ahli politik serta pemilu ini mengaku tertarik dengan isu tentang punk Aceh karena hal itu telah menyadarkan masyarakat tentang everyday politics. Politik keseharian akhirnya menjadi pusat pembicaraan bos jakartabeat.net yang saat mendirikan situs itu berada di negeri paman sam untuk menyelesaikan disertasinya.
Sesi lanjutan dari diskusi itu adalah tanya-jawab. Dalam termin ini pembicaraan tentang punk berjalan lebih mendalam dan menarik, hingga akhirnya forum tukar pendapat itu harus ditutup meski beberapa orang merasa perlu melakukan pembahasan lebih lanjut.
koreksi dikit... karib vokalis bukan gitaris...
ReplyDeletemakasih sebelumnya.
salam.