Film Rise of The
Planet of The Apes mengingatkan saya ke politik etis. Intinya film ini
bercerita tentang primata cerdas yang ingin merdeka, mirip politik balas
budi yang pernah terjadi di bumi Indonesia. Pribumi dikasih ilmu oleh
penjajah, lantas mereka berontak hingga akhirnya merdeka. Di film ini,
seekor primata dijadikan objek percobaan sebuah obat untuk menyembuhkan
panyakit alzheimer. Ternyata efek sampingnya, si primata jadi lebih
cerdas. Tokoh utama di film ini adalah Caesar. Kalau di indonesia, Si
Caesar ini ibarat Bung Karno. Ah, pintar sekali "monyet-monyet" pembuat
film ini.
Di
sebuah adegan perjalanan menuju tanah kemerdekaan, mereka dihadang
polisi. Caesar lalu ngelarang si gorila melukai polisi, karena bukan itu
misinya. Monyet Caesar ternyata juga menerapkan prinsip ahimsa, mirip
Gandhi. Di film Gandhi,
dikisahkan orang Inggris pernah bantai orang India, tapi Gandhi nolak
balas dendam. Meski kera-kera kerabat Caesar dipukul, dia ngelarang
balas. Tapi ada juga kera bandel yang malah mengajarkan "hutang satu
dibayar satu". Ada 1 kera yang ditembak, ada juga 1 manusia yang dibuang
ke bawah jembatan sama kera temannya, fair.
Selain
mengajarkan kita untuk tidak berbuat berlebihan sama binatang
percobaan, Rise Of The Planet Apes juga mengingatkan kita untuk tidak
eksploitatif sama binatang. Saya jadi inget tentang kekejaman pada hewan yang infonya ada di poskamling.com.
Jangan sampe bebek tau soal foie gras, entar kalo misalnya bebek makin
cerdas, mereka bisa balas dendam :D
Saya
beruntung nonton film ini di DVD, soalnya bisa nonton credit title.
Disana ada penjelasan tentang nasib wabah virus itu. Kalo di bioskop
biasanya orang udah bubar pas credit title, lampu juga udah dinyalain.
Ada sejumlah fakta menarik kalau kamu simak kisah dibalik layar film
ini. tokoh Rocket misalnya. Nama itu diambil dari nama seorang kru film.
Nama formulanya diambil dari durasi total film ini, 112 menit. Kamu
juga bisa lihat beberapa adegan yang diambil dari film Planet Of The
Apes tahun 1968 yang dimodifikasi ulang di seri ini.
Teks oleh Rheza Ardiansyah
No comments:
Post a Comment