Seiap kali pulang--dan melewati pusat kota--rasanya selalu ada yang memanggil. Namanya Guntur, satu dari tiga gunung wisata yang ada di Garut. Kamis lalu, kami jumpa lagi.
Saya mendaki gunung berketinggian 2.249 meter di atas permukaan laut itu, hingga bagian dada (atau pusar?). Perlu dua jam lagi untuk sampai di pucuk si gunung beraktivitas vulkanik aktif--setidaknya begitu menurut perkiraan seorang petugas di pos 3.
Di titik peristirahatan (atau pendaftaran pendaki) paling ujung itu, ada seorang penjaga. Dia akan meminta KTP kita untuk dititipkan di sana, lantas menukarnya dengan sebuah kartu. Di bagian belakang kertas berlaminasi itu ada nomor ponsel dan sebuah nama: Mang Oded--mungkin begitu sang penunggu pos akrab disapa.
Di pos itu pula, tahun 2018 saya menginap saat mendaki Guntur untuk kali pertama. Waktu itu saya mencatat pengalaman "mengulur waktu" dengan para relawan pendakian.
Mereka sekarang absen. Mungkin masih di kaki gunung karena operasional pelayanan pendaki baru akan memuncak keesokan harinya, saat akhir pekan.
Hari itu, saya benar-benar bertiga: satu orang di pos satu, orang yang diduga bernama Mang Oded di pos 3, dan saya sendiri. Beruntung, perjalanan itu berlangsung sesuai rencana, meski saya menemukan beberapa kejutan.
Saya sempat tersesat di bagian awal pedakian setelah melewati basecamp. Seorang bapak memberi arahan di atas sebuah kertas, tapi saya gagal mengikuti petunjuk itu. Malah saya sempat masuk ke sebuah area berbatu yang berujung buntu.
Setelah putar balilk arah, akhirnya saya menemukan jalur yang betul. Setelah itu, ada lagi kejutan lain.
Tiga tahun lalu, jalur pendakian yang saya lewati cenderung homogen. Sekarang, saya melintasi sebuah sungai. Seru sekali.
Keseruan lain dari solo hiking kali ini, juga terasa saat turun gunung. Jalur berbatu besar jadi favorit saya karena ada yang bisa dijadikan perosotan. Haha. Posisinya yang curam juga bikin saya harus duduk di atasnya untuk bisa turun, itung-itung istirahat.
Setelah kenyang makan, go-car mengantar saya ke kolam renang Sumber Alam. Di sana saya menjadwalkan renang-berendam-mandi cukup hanya 45 menit. Ternyata itu belum cukup. Lebih dari dua jam saya menikmati pemandangan Gunung Guntur dari pusat wisata kolam air panas itu.
Saya ingat sebuah argumen bahwa humor yang baik punya kadar "bikin ketawa" yang setingkat di bawah "bikin tersinggung". Pendakian yang "berkesan" juga bisa dimaknai demikian, saat dia "setingkat di bawah ancaman hipotermia". []
No comments:
Post a Comment