Bullet Train (2022) mengajak kita bersenang-senang dengan makna sial dan keberuntungan. Kita akan mengikuti kisah seorang pembunuh bayaran bernama Ladybug.
Brad Pitt, memerankan tokoh utama yang hanya dikenal lewat kode khusus untuk menyebut seorang pembunuh bayaran. Di dalam kereta cepat (bullet train) Shinkansen, tanpa diduga Ladybug yang sudah tidak prima karena faktor usia berjumpa dengan 4 pembunuh bayaran lain yang sialnya lebih pintar menjalankan tugas.
Yang menarik, kesialan itu ternyata beruntun. Ladybug harus berhadapan lagi dengan Lemon (Bryan Tyree Henry) dan Tangerine (Aaron Taylor-Johnson) yang pernah menembaknya saat tugas Johanesburg.
Dia juga harus bersinggungan misi dengan pembunuh lain—The Wolf (Bad Bunny), The Hornet (Zazie Beetz), hingga White Death (Michael Shannon). Padahal tugasnya nampak mudah: cukup antarkan sebuah koper ke seseorang di stasiun ujung.
Film ini disutradarai David Leicht yang muncul pula sebagai cameo, Jeff Zufelt. Sineas asal AS ini dikenal pula sebagai stunt performer dan memulai debut penyutradaraannya pada tahun 2014 lewat film John Wick—meski menurut laman wikipedia, hanya Chad Stahelski yang disemati kredit atas film laga itu.
Leitch juga pernah mengarahkan film Kick Ass hingga Deadpool 2. Bagi yang sudah menyaksikan judul-judul tadi, tentu sudah punya gambaran pula tentang brutalitas adegan laga dan gaya humor yang juga muncul dalam Bullet Train.
Kisah lika-liku penugasan di Jepang ini, bermula dari novel berjudul "Maria Beetle" buatan Kotaro Isaka terbitan 2010. Maria Beetle sendiri diperankan aktris Sandra Bullock.
Semula, peran itu akan diisi Lady Gaga. Sialnya (atau untungnya?) penyanyi berjuluk Mother Monster itu punya jadwal syuting bersinggungan dengan film yang ia bintangi, House of Gucci (2021).
Perubahan atau penyesuaian peran juga ada di tokoh The Prince. Dalam film, ia diperankan Joey King dan memang berubah menjadi seorang perempuan.
Dalam sebuah adegan, Sang Pangeran (yang ternyata perempuan) menjelaskan alasan julukannya sambil baca novel Shibumi gubahan Trevanian. Katanya, itu terkait keinginan sang ayah, White Death.
White Death sendiri, diceritakan berasal dari Rusia. Sebenarnya tidak ada masalah dengan penampilan aktor Michael Shannon saat memerankan sang antagonis.
Dia punya gaya khas memutar silinder revolver dengan sapuan lengan. Ikonik sekali. Hanya saja formula demonisasi Rusia oleh film produksi AS bagi saya terasa membosankan.
Kalau memang tokoh utama "diputihkan" dari yang semula berbangsa Jepang, idealnya para pembuat film Bullet Train punya imajinasi yang lebih fantastis lagi dong, selain menampilkan formula heroisme yang itu-itu lagi. []
No comments:
Post a Comment