“Rock journalism is about people who can’t write, interviewing people who can’t talk, for people who can’t read” (Frank Zappa)
Judulnya Kastana Taklukkan Jakarta. Penulisnya Soleh Solihun. Saya tertarik buat baca buku ini karena dulu setelah lulus kuliah sempat bercita-cita menjadi wartawan di sebuah majalah musik. Melalui kisah Kastana, gambaran pekerjaan yang waktu itu saya idamkan cukup tergambar. Lengkap dengan perjuangan perpindahan antar media dan konflik di dalamnya. Kastana ini sebenarnya tokoh di kehidupan nyata. Ceritanya dia lulus setelah berkuliah tujuh tahun di kampus UNPAD Jatinangor. Setelah itu, Kif Kastana—demikian nama lengkap si tokoh utama—bertualang dari satu media ke media lain, sebagai rock journalist. Menjadi wartawan musik, ternyata tidak mudah. Tantangannya melebar dari persoalan gaji, manajemen kantor, sampai urusan ormas. Lika-liku itulah yang ditulis di buku ini. Tapi sebenarnya, inti dari kisah Kastana adalah tentang pencarian renjana, atau dalam istilah kekiniannya disebut passion. Bahasa di novel Kastana ini bukan bahasa sastrawi. Rasanya seperti mendengar seorang teman lama yang berkisah tentang “sekarang jadi begini, padahal sebelumnya begitu”. Kontennya juga nggak kering. Saya bisa melipat beberapa halaman yang di dalamnya ada kalimat yang layak kutip. Atau setidaknya menambah wawasan saya sebagai pembaca—atau peminat jurnalisme musik.
“Tapi kalau menurut saya, yang namanya musik itu tak bisa dilepaskan dari subjektivitas penikmatnya. Persoalan selera. Tapi, selera yang baik tentunya dibentuk dari referensi atau wawasan yang luas.” (halaman 232) “Kata tokoh ilmu komunikasi Carl I. Hovland, ‘communication is the process to modify the behavior of other individual’” (halaman 227)
Pembacaan saya atas buku ini, menggiring ke penelusuran sosok di balik Kastana. Saat saya langsung cek akun instagram Soleh Solihun, rupanya dia sedang menggarap sebuah film berjudul “Mau Jadi Apa?”. Pencarian renjana Kastana akan berpidah ke layar lebar. []
No comments:
Post a Comment