Blog ini berawal dari proyek iseng Rheza Ardiansyah dan Widyastuti Utami. Mereka berdua pacaran sejak Oktober 2010 setelah ketemu di sebuah acara Koran Kampus IPB. Waktu itu mereka sempat bergabung dalam satu kelompok dan membuat tugas sebuah koran bernama Loper Berdarah. Singkat kisah, pada Agustus 2011 lahirlah majalah ini sebagai salah satu alasan agar pacaran lebih bersemangat (halah!). Selain Rheza dan Windi, ada Dian, Suci, Amin dan Upay yang sempat gabung.
Nama Can I Say dipilih karena sejak 2008 Rheza punya blog yang namanya diambil dari tulisan tato di dada drummer Travis Barker. Setelah nama majalah disepakati sepihak, kami merilis 14 edisi Can I Say Magazine hingga Desember 2014. Majalah ini intinya berisi ulasan film, buku, musik dan wawancara seniman (atau seseorang yang berkaitan atau dikaitkan dengan seni).
Waktu terus bergulir, masing-masing awak kru majalah ini kemudian sibuk dengan prioritasnya sendiri-sendiri. Akhirnya, Rheza meneruskan Can I Say dengan esai atau ulasannya. Kali ini alasannya bukan agar lebih bersemangat pacaran, karena Rheza dan Windi sudah menikah, bahkan punya anak. []