Wednesday, October 18, 2017

Makin Paranoid

Saya sekeluarga baru pindah dari tempat tinggal lama. Sebenarnya kamar itu nyaman. Desainnya minimalis, fasilitasnya cukup lengkap pula. Sayang, rumah di lokasi strategis itu dijual. Pemilik baru nggak lagi mengontrakkan kamar yang pernah kami tempati. Beberapa lama kemudian, saya berpikir tentang untung juga pindah dari sana. Bagus sih bagus, tapi ada suasana aneh. Saya dan Windi pernah melihat kursi Aksara goyang sendiri. Di malam hari, kursi yang sama bergetar. “Tadi kesenggol,” saya menghibur istri. Tapi anak selugu apa pun rasanya akan sulit menerima penjelasan bahwa tombol ON si kursi cuma butuh kesenggol biar nyala. Nggak lama setelah itu, film Pengabdi Setan dirilis. Waktu itu saya mengincar nonton di penayangan perdana. Teman lama sudah diajak dan janjian buat nonton di bioskop 4DX. Biar sensasinya maksimal. Rencana itu lalu batal, dan berpindah ke hari lain dengan jenis ruang bioskop yang biasa aja. Sesuai dugaan, Pengabdi Setan versi baru ini ternyata setraumatik versi aslinya. Dulu waktu seusia SMP, saya pernah nonton film Pengabdi Setan dan sampai sekarang ada tiga adegan yang kebayang terus:
  1. Si tokoh utama menemukan pocong di kamarnya. Begitu muka si pocong keliatan, ternyata itu dia sendiri.
  2. Kecelakaan motor menabrak truk sampai pengemudinya masuk ke bak truk itu.
  3. Pintu kebuka sendiri, piano bunyi sendiri, tuts pianonya ada yang mencet tapi pemain musiknya gak keliatan.
Akibatnya, waktu itu saya takut tidur di kamar sendiri karena ruangan tempat tokoh Tomi ketemu pocong bermuka dirinya sendiri, mirip suasana kamar saya. Setelah nonton Pengabdi Setan versi Joko Anwar, efek sampingnya lebih ke kebayang-bayang sosok ibu. Ayu Laksmi sukses menampilkan ibu yang menakutkan. Saya aja nonton sampe siapin jari tangan di posisi mata sama telinga biar gak terlalu parah efeknya. Jempol di samping kepala, empat jari lain di pipi. Selain soal keseraman suasananya, Pengabdi Setan juga menampilkan gaya perfilman ala Joko Anwar. Film dia, selalu bikin kepikiran kok bisa keren gitu ya twist-nya. Modus Anomali misalnya. Sebenarnya kan itu kisah sederhana tentang orang yang hobi membunuh dan menakuti diri sendiri. Gaya penyampaiannya yang bikin kita mikir itu yang seru. Pintu Terlarang juga begitu. Ternyata semuanya ada di dunia yang ada dalam kepala tokoh Gambir. Dalam hal Pengabdi Setan, naik turun emosi tentang terror hantu tampil intens. Ada bumbu komedinya juga. Selain itu, tiap film ada keterkaitannya. Coba simak bagian akhir ulasan ini. Sebenarnya, untuk yang baru punya pengalaman misterius semacam saya, film ini kurang tepat. Karena bikin makin paranoid. Apalagi, di tempat tinggal saya yang baru, tiap sekitar magrib suka ada suara mirip kereta kuda kayak lewat di sebelah ruangan. Singkat dan samar-samar sih, tapi tetap jelas terdengar. Padahal itu di lantai 5. Mungkin suara mesin yang rutin bunyi. Semacam alarm. Begitu sih cara saya menghibur diri. []