Tuesday, December 27, 2011

Not Fade Away

Berikut foto-foto yang menggambarkan suasana pameran Not Fade Away karya Andry Moch, seniman jebolan UPI Bandung yang mangkat di usia muda dan karyanya sudah menembus gerbang pameran tingkat internasional di berbagai negara.



Sunday, December 11, 2011

Thursday, December 1, 2011

Open Mic 2 IPB

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan universitas sebagai perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yg menyelenggarakan pendidikan ilmiah dan/atau profesional sejumlah disiplin ilmu tertentu. Sumber yang sama menjelaskan makna kata institut dengan organisasi, badan, atau perkumpulan yg ber-tujuan melakukan suatu penyelidikan ilmiah. IPB menyandang dualisme dua istilah tadi. Sebagai institut, IPB memang bernama lengkap Institut Pertanian Bogor. Sebagai universitas, di ranah internasional IPB dikenal dengan Bogor Agricultural University. Ambiguitas tadi memang terkadang membingungkan, namun terlepas dari pemakaian kata dalam fungsi semantiknya, IPB menjadi pusat pergolakan berbagai bentuk produk pemikiran, tentu yang bersifat konstruktif. Gagasan pembaharuan tadi tidak hanya harus ditampilkan dalam format tulisan ilmiah formal. Asalkan ide utamanya tetap terkandung, bentuk lain semacam musik, lukisan, puisi dan karya lain dihalalkan tampil. Salah satu inovasi bentuk penyampaian, tampil dalam rupa komedi, stand up comedy.

Thursday, November 10, 2011

RASSA Produksi Ke-17


Komunitas adalah salah satu organ yang menjaga nadi seni selalu teraliri darah apresiasi. Selama tiga tahun terakhir, langit berkesenian Bogor, khususnya di kampus IPB meriah dengan berbagai acara bentukan Komunitas Wahana Telisik Seni dan Sastra. Komunitas yang penggiatnya kebanyakan berstatus mahasiswa di kampus pertanian itu rutin menggelar Ruang Apresiasi Seni dan Sastra (RASSA). Hingga sehari sebelum hari pahlawan diperingati, RASSA sudah digelar sebanyak 17 kali. Di RASSA edisi mutakhir tadi, suasana terasa lebih spesial karena di dalamnya juga dimeriahkan dengan prosesi peringatan hari jadi komunitas WTS yang harus diselebrasi tanggal 28 Oktober, bertepatan dengan peringatan hari sumpah pemuda. Malam itu RASSA juga mengapresiasi dua puisi dan sebuah film berjudul Life Is Beautiful.




Wednesday, November 2, 2011

Thursday, October 27, 2011

Glenn Fredly - Pancasila Rumah Kita (Live From IPB)

Beberapa pekan lalu, Glenn Fredly hadir di sebuah acara workshop musik di kampus IPB Darmaga Bogor. Pada kesempatan itu, Glenn mempersembahkan sebuah lagu yang khusus ditujukan kepada walikota Bogor. Berikut penampilan Glenn Fredly saat membawakan Pancasila Rumah Kita.


Wendi: Saya Setuju, Tapu Bukan Demonstrasi Anarkis

Di edisi ketiga nanti, Can I Say akan menghadirkan Wendi Putranto di rubrik Profile. Berikut versi video dari wawancara bersama editor eksekutif majalah Rolling Stone itu.



Thursday, October 20, 2011

Rolling Stone Music Biz Hadir di IPB

Di interval awal masa ujian tengah semester, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) kedatangan tamu istimewa dari Rolling Stone dan timnya yang singgah dalam rangka roadshow Music Biz on Campus. Sebelumnya tim Rolling Stone Indonesia telah meninggalkan jejak di Universitas Atmajaya dan Universitas Sriwijaya. Di Music Biz edisi IPB ini, empat orang pembicara didatangkan. Mereka adalah Glenn Fredly, Andi /RIF, EQ Puradiredja, dan Saktimulya Murti. Diskusi bersama ketiga tokoh dunia musik negeri itu dipandu oleh penulis buku Rolling Stone Music Biz sendiri, Wendi Putranto. Executive editor salah satu majalah raksasa itu membuka acara dengan pengakuannya yang tidak ditutup-tutupi. Selain untuk menyelamatkan mahasiswa IPB dari konsumsi musik haram, wartawan yang pernah menjadi ketua senat itu juga hendak memprovokasi agar para mahasiswa pengusung panji pertanian juga ada yang berprofesi sebagai musisi. Penuturan itu spontan diiringi riuh tepungan tangan audiens.

Monday, October 17, 2011

Musik Into The Morning Sky Terbit dari Amerika

Keberadaan penghuni skena musik bawah tanah semakin tak bisa dipandang sebelah mata. Sebuah kongsi musikal bernama Into The Morning Sky berhasil menorehkan prestasi sebagai satu-satunya band asal Indonesia yang karyanya ikut serta dalam album kompilasi Ear Infection Compillation Volume 1. Album kompilasi yang terdiri dari 42 lagu itu terbit dari California, USA. Nomor bertajuk The Foremost terpilih untuk menempati salah satu ruang di album kompilasi yang bisa diunduh gratis itu. Saat ditemui di ruang produksinya, Fanfan sang gitaris band asal Kota Hujan itu menuturkan proses yang dilalui band yang terbentuk di Bogor pada Maret 2011 itu hingga terpilih sebagai salah satu pengisi Ear Infection. "Sekitar 3 bulan yang lalu pihak pengurus kompilasi ngirim email ke Jumpingdew," demikian gitaris yang juga pemilik Jumpingdew Blog Zine itu memulai pemaparan. Jumpingdew diminta memberi referensi band untuk disertakan di album kompilasi dengan kriteria musik turunan punk. Fanfan kemudian mempromosikan beberapa band yang sebelumnya telah dirilis dan direview di Jumpingdew ke kotak masuk panitia album kompilasi, hingga akhirnya Into The Morning Sky tadilah yang terpilih sebagai band yang lolos seleksi. Dalam press releasenya, pihak pengelola kompilasi menyatakan bahwa Ear Infection terdiri dari musik yang beragam, mulai dari punk hingga screamo. Paket karya yang juga dipadati musisi asal Amerika Serikat hingga Switzerland itu pertama kali dirilis tanggal 16 Oktober 2011 lalu. Artinya, Ear Infection masih hangat dan siap untuk disantap melalui tautan ini.


Monday, October 10, 2011

Kick Fest Bandung 2011 Hari Terakhir

Meski masih punya beberapa berita miring, negeri kita ini juga masih punya kabar baik yang membanggakan. Selain menjadi tuan rumah SEA Games bulan November nanti, Oktober ini Indonesia memiliki sebuah gelaran expo produk pembungkus badan terakbar se-Asia, Kick Fest namanya. Di tahunnya yang kelima ini, Kick Fest 2011 digelar di berbagai kota, diantaranya di ibu kota Jawa Barat, Bandung. Berlokasi di lapangan Gasibu Bandung, Clothing Expo yang juga menghadirkan penampilan berbagai kreasi seni ini digelar tiga hari berurutan sejak hari ketujuh hingga kesembilan di bulan kesepuluh tahun kesebelas di abad ke-21. Lampiran foto di bawah ini akan menuntun kamu ke arena festival garmen yang baru saja berlalu, hari terakhir Kick Fest Bandung 2011.


Sunday, October 9, 2011

Dekan - Musisi

Titel musisi juga bisa disandang pemangku profesi lain. Bryan May contohnya. Selain dikenal sebagai gitaris Queen, pria berambut keriting ini juga pernah menjabat rektor di sebuah universitas di Inggris. Greg Graffin si vokalis Bad Religion juga seorang profesor. Selain mereka berdua, beberapa rock star juga punya jabatan khusus di ranah non musikal. Untuk cakupan Indonesia, tak usahlah kita berpikir jauh. Tengoklah foto di kelas atau kantor pemerintahan di sekitarmu. Di foto itu terpampang presiden sekaligus juga musisi yang bahkan sudah menelurkan beberapa album. 

Institut Pertanian Bogor juga punya salah satu contoh dari figur yang kita bahas. Beliau adalah Arif Satria. Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) itu telah merilis album yang bertajuk Harmoni Kemenangan. Hadirnya figur-figur lintas bidang itu membuktikan integrasi berbagai bidang kemanusiaan yang seringkali beririsan, sehingga dapat memicu timbulnya karya yang juga mampu mencakup berbagai aspek. Berikut dokumentasi penampilan Arif Satria bersama penyanyi Rida, ahli gizi Hidayat Syarif, dan akademisi FEMA Nunik Purnaningsih. 

Monday, October 3, 2011

Tuesday, September 20, 2011

Stand Up Nite Bogor

Stand up comedy akhir-akhir ini mendapat sorotan perhatian tersendiri. Berbagai event open mic digelar, comic-comic baru pun lahir dan memperkaya varian seni mengundang tawa ini. Bogor tak mau ketinggalan. Bertempat di cafe O-Lounge Bogor pada tanggal 18 September lalu, stand up show digelar sebagai tema acara rutin yang memang selalu digelar disana, Bogor Rendezvous. Berikut beberapa foto dan video yang menggambarkan meriahnya gelaran tersebut.



Wednesday, July 27, 2011

Java Rocking Land 2011 (Hari Terakhir)

Setelah menghadiri hari pembukaan Java Rockinland 2011, saya kembali berkesempatan datang dihari penutup. Hari ketiga hajatan anual musik rock itu diramaikan artis-artis yang tak kalah menarik dibanding dua hari di belakangnya. Kombinasi performer yang ciamik juga jadi alasan saya ada disana. Menyaksikan penampilan musisi yang karyanya sudah saya kenal ibarat menghadiri presentasi karya ilmiah yang sebelumnya sudah dibaca, selalu ada tambahan poin yang menjadi objek kepuasan, apalagi bisa memotret mereka dan menceritakan ulang. Tahap terakhir itu yang akan saya lakukan melalui tulisan ini.

Panggung Rajasinga yang tepat berada di tepi pantai menjadi persinggahan pertama saya. Rentetan melodi distortik menohok sore yang menurut vokalis band yang baru merilis Rajagnaruk itu enak untuk dinikmati dengan musik slow di kamar. Tentu saja pernyataan itu hanya olok-olok belaka. Nyatanya mereka tetap terlihat enak meski tidak berada di kamar dan tidak membawakan lagu slow. Potongan lirik Good Shit For Good Friend yang mereka bawakan juga menginisiasi bergulirnya fase akhir JRL tahun ini. "Pesta, mari berpesta!"

Sunday, July 24, 2011

Java Rocking Land 2011 (Hari Pertama)

Untuk yang ketiga kalinya Java Rockin'land kembali digelar di atas tanah yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya, pantai Carnaval Ancol Jakarta. Event akbar yang diorganisir Java Festival Production itu dihadiri para musisi dan penikmat musik dari dalam maupun luar Indonesia. Di hari pertama, lebih dari 40 pengisi acara telah sukses meramaikan gelaran itu.

Seringai dan closehead didaulat menjadi headliner acara. keduanya tampil di panggung terpisah dengan rentang durasi penampilan yang sama. Seringai masih tetap tampil dengan ruh pesan yang sama, protes atas kondisi sosial di sekitar mereka. Di Javarockinland 2010, kuartet oktan tinggi ini pernah menyanyikan sebuah lagu berjudul tifatul. Lagu itu berisi kritik atas ide sang menteri untuk menyikapi konten berbau porno di dunia maya. Seorang penonton merekam lagu itu dan mengunggahnya di youtube, sehingga Seringai makin lekat dengan citra antiislam. Arian membahas image baru seringai itu di panggung ketiganya di Java Rockinland. Menurut eks vokalis band legendaris Puppen itu, Seringai bukan antiislam, melainkan mereka tidak mau Indonesia ini menjadi Arab Saudi. Arian bahkan menantang audiens untuk merekam lagi ucapannya itu dan mengunggahnya lagi di Youtube. Tantangan itu saya terima. hehe. Saya merekam kritik Arian terhadap tindak poligami yang menjadi appetite sebelum Seringai menderu di 'Lagu Ini Tak Sependek Jalan Pikiranmu'.



Thursday, July 14, 2011

Fusion Music Festival 2011 (Hari Kedua)

Sebelum menjelajahi hari kedua Fusion Music Festival 2011, saya tampilkan dulu tweet yang dikicaukan panitia di pos terakhir pagelaran itu.



Semua pihak tentu menyayangkan insiden diatas. Tapi sudahlah, kita masih punya mocca, blabla seperti yang dijanjikan panitia. Mari simak aksi mereka.

Panggung ballroom menjadi pemantik acara. Jika amplifier di ruang ini sudah memanas, maka itu tandanya kartu domino pertama telah dijatuhkan, rangkaian pengisi acara lain akan menambah riuhnya Fusiomusic 2011. Adalah Kuas Cielo, band tuan rumah yang terdiri dari kawanan lima orang itu melontarkan balak nada pertama. Beberapa lagu mereka tiupkan di antara hembusan AC yang memadati panggung indoor itu. Karakter vokal yang menempati oktaf atas menjadi ciri tersendiri band yang berulang tahun di penampilannya hari itu. Kontemplatif dan megah adalah dua kesan yang timbul dari karya mereka. Tolong beri ruang, Kuas Cielo akan menghajar hari.



Wednesday, July 13, 2011

Fusion Music Festival 2011 (Hari Pertama)

Tanggal 9 dan 10 Juli tahun ini akan menjadi hari bersejarah di masa depan nanti. Sebuah panggung apresiasi karya musik telah digelar di tanggal itu. Fusion Music Festival 2011 namanya. Dengan jargon 'When All The Vibes Meet', acara ini berani tampil sebagai pioneer festival musik yang tidak hanya terdiri dari satu jenis musik tertentu. Mari, saya ceritakan bagaimana suasana hari pertama Fusiomusic Fest 2011.

Free Play diberi kehormatan untuk membuka festival. Dengan karya instrumentalnya yang melenakan, Free Play adalah salah satu musisi independen Bogor yang perlu diikuti dan dinikmati pergerakannya. Simak foto dan video penampilan mereka di bawah ini.



Tuesday, July 5, 2011

RASSA Produksi Ke-14



Wahana Telisik Seni dan Sastra (WTS) kembali menggelar Ruang Apresiasi Seni dan Sastra (RASSA). Jika pada edisi RASSA bulan lalu pertunjukan teater yang ditampilkan, maka pada produksi RASSA ke-14 giliran musik yang diapresiasi. Dilaksanakan di ruang Pinus 2 kampus IPB Darmaga, RASSA XIV dihadiri berbagai kalangan, dari mahasiswa IPB, wartawan media lokal Bogor, hingga alumni kampus pertanian itu. Chimot didaulat sebagai tokoh utama dalam gelaran itu. Chimot adalah seorang mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Pria asal Banten itu menyuguhkan karya-karya musikal gubahannya. Total 8 lagu ia lantunkan dengan penuh penghayatan. Seperti biasa, RASSA tidak hanya menjadi wadah untuk para penikmat seni memanjakan diri, namun juga menjadi arena diskusi artistik karya yang ditampilkan. Selain diskusi tentang makna dan cerita dibalik karyanya, paparan Chimot tentang pengalaman musikalnya juga mengajarkan pesan mendalam tentang tekad kuat memperjuangkan cita-cita. Rekaman penampilan Chimot tersebut terekam dalam video di bawah ini.

Monday, May 23, 2011

Naif di SMAN 1 Bogor

Ini adalah kali kedua saya menyaksikan Naif di Bogor. Sebelumnya saya puas menghabiskan beberapa jam dengan cukup intim bersama band ini di gelaran A Mild As You Like It. Pengalaman impresif itu saya tuangkan dalam posting yang bisa teman-teman tengok disini. Kemarin, Naif kembali menggoyang Bogor di SMAN 1 Bogor. Saya datang saat Naif ada di sesi akhir penampilannya. Satu hal yang saya sesalkan adalah, saya gagal merekam sebuah lagu Naif berbau reggae yang menceritakan tentang penampilan mereka di SMA itu yang sudah tiga kali. Saya akan sangat sumringah jika ada audiens lain yang berhasil mengabadikannya dan membagi tautannya ke saya melalui blog ini. Hehe. Meski demikian, saya menemukan diri berada dalam sebuah realita baru dalam cara menikmati sebuah pertunjukan musik. Jika biasanya puncak kenikmatan sebuah konser bagi saya adalah meleburkan keringat di atas atau bibir panggung, maka sekarang kenikmatan lain yang juga saya rasakan adalah saat mengabadikan momen-momen memorabel si penguasa panggung. Orgasme pertunjukan yang saya ceritakan terakhir tertuang dalam foto-foto di bawah ini. Selamat menyimak :)



Monday, April 18, 2011

Naif di A Mild As You Like It Bogor

Hari sabtu itu harinya musisi. Boleh lah istilah itu kita setujui, hari sabtu kan memang biasa digelar berbagai event apresiasi seni (musik khususnya). Menghadiri sebuah pagelaran musik, tentu menjadi hal yang sangat penting. Apalagi tujuannya kalau bukan mengapresiasi, berekspresi dan terinspirasi buat bikin karya yang lebih kreatif. Untuk menjaga siklus kreatifitas itu terus bergulir, saya cukup aktif memburu berbagai panggung, bahkan untuk beberapa event, saya dan Fan rela bolak-balik Bogor-Bandung. Betul, bolak-balik Bogor-Bandung bukan berarti ga cinta gig lokal, tapi di Bogor setau saya kok jarang ya ada acara beginian, ya jadinya Bandung pun diladeni. Tapi sekarang (bahkan mungkin sejak dulu. cuma gue aja yang baru ngeh :p) Bogor udah punya acara rutinan, diantaranya ada Bogor Rendezvous yang rutin dibuka tiap 2 minggu di O-Lounge, ada juga MKKK yang diadakan di Cafe Kebun Kita, dll.

Sabtu ketiga di bulan April 2011, Bogor kedatangan tamu spesial. Sebuah band legendaris asal ibu kota tampil di kota hujan. Ya, mereka adalah Naif. Kuartet pria yang bermusik sejak 1994 itu tampil dalam event A Mild As You Like It. Saya berkesempatan menyaksikan aksi mereka, bahkan mengikuti sesi check sound-nya, bahkan ngobrol sama David, bahkan makan pecel lele bareng Jarwo. Beneran, Fajar Enda Taruna si gitaris gondrong yang kharismatik itu, makan pecel bersama saya. Ga percaya? Kalau begitu saya ceritakan kronologi kejadiannya yah. Mari simak!

Tuesday, March 1, 2011

Tisond: Rock Star (Pernah) Kribo yang Lulus IPB Dengan Predikat Sangat Memuaskan



Di Inggris sana, ada sebuah universitas yang dipimpin oleh seorang rockstar. Betul, Universitas John Moores Liverpool dipimpin oleh gitaris band legendaris pelantun We Are The Champion, Queen. Brian Harold May memimpin universitas itu menggantikan Cherie Booth Q.C., pemimpin Universitas John Moores Liverpool sebelumnya sekaligus istri mantan PM Inggris Tony Blair. Dr. May, demikian sang gitaris disandingkan dengan gelar akademiknya, tentu saja berambut keriting dan panjang terurai. Citra eksternal tokoh akademik macam demikian jarang kita temui, apalagi di IPB. Saat ini aturan bahwa mahasiswa IPB dilarang telah diperkuat dengan SK rektor. Pasca pengesahannya, isu tentang penolakan larangan berambut gondrong kencang berhembus. Tentu saja mahasiswa yang nyaman berambut panjang merasa terusik, gelombang resistensi pun deras mengalir. Salah satu tokoh yang vokal memperjuangkan eksistensi rambut kribonya adalah Tisond. Fresh graduate dari FEM IPB ini ternyata menggemari figur Slash, pencabik gitar di band pujaan milyaran umat, Guns N’ Roses. Layaknya sang gitaris pujaan, Tisond juga bermain gitar untuk bandnya. Bagaimana kiprah musikal Tisond? Bagaimana konsep pergerakan mahasiswa dimatanya? Bagaimana kisah pahit getir pengalaman mempertahankan potongan rambut yang tak lazim di dunia akademik negeri? Mari simak penuturannya.

Halo Tisond, apa kabar?
Kabar ogut selalu baik apapun itu sikatt terus!!

Monday, February 28, 2011

Konser Tunggal Koil

Lazimnya, sebuah konser digelar akhir pekan. Selain memungkinkan dihadiri lebih banyak orang, malam hari weekend juga dirasa lebih nyaman diisi dengan aktivitas hiburan. Entah apa yang melatarbelakangi pemilihan hari untuk pelaksanaan konser ini, namun malam jumat itu rasanya tak terasa beda dengan akhir pekan dalam hal jumlah audiens hingga animo penonton. Konser tunggal Koil seakan menjadi alat uji kesetiaan Killer untuk mengapresiasi musisi acuan mereka. Bertempat di gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), konser tunggal grup musik rock asal kota kembang itu sukses digelar. Acara dimulai sekitar pukul 19.45, meleset kurang lebih 45 menit dari jadwal yang dipublikasikan. Otong vokalis Koil melalui akun twitternya @midiahn pernah mengajukan semacam retorika, “siapa sebenarnya yang menyatakan bahwa ini adalah konser tunggal?”. Pernyataan itu tervisualisasi dengan penampilan vokalis 70’s Orgasm Club di awal acara. Ia tampil solo menyanyikan beberapa lagu yang diiringi gitar akustik yang dimainkannya sendiri. Usai hidangan pembuka itu, barulah kuartet rocker itu memulai goresan sejarah. Rangkaian lagu mereka lantunkan, tentu dengan kejutan lagu lama yang jarang dibawakan di atas panggung. Kejutan lainnya adalah hadirnya Risa Saraswati sebagai backing vocal di beberapa lagu. Penyanyi yang juga berkarya di proyek solonya yang bernama Sarasvati itu ternyata berulang tahun di malam itu. Tampil di konser tunggal Koil pasti menjadi hadiah dengan kesan tersendiri bagi eks-vokalis Homogenic itu.

Bukan Koil namanya jika tidak berbagi rezeki. Di kesempatan berbahagia itu, mereka membagi 2 sepatu boots kepada dua orang Killer yang beruntung tiket pre-sale-nya terpilih Leon dari toples undian. Angkuy, salah satu personel duo Bottlesmoker bahkan menilai Visual: A+ | Lighting: A+ | Audio: A | Crowd: A | Concept: Ultra A double + | Perform: A+. Agar meriahnya konser itu tergambar jelas, nanti kita tengok visualisasinya melalui foto-foto yang saya ambil dari shaf terdepan. Di akhir acara, Adam Vladvamp berhasil saya ajak diskusi. Berikut ulasan pembicaraan saya dengan bassis Koil yang juga bermusik di Kubik itu.

Tuesday, February 22, 2011

Bandoengsche

“Bandung emang ga ada matinya”
Rasanya tak berlebihan kalimat itu terlontar bagi sang kota kembang. Bandung memang selalu hidup, terlebih apresiasi seni dan industri kreatifnya, karenanya tak heran banyak musisi yang lahir dari ibu kota tanah sunda itu. Bukti tingginya penghormatan karya seni itu terlihat dari frekuensi penyelenggaraan pentas seni (pensi) disana. Setidaknya 2 minggu terakhir ini ada 2 gelaran seni yang telah dan akan saya hadiri. Event yang saya singgahi sabtu lalu adalah sebuah event bertajuk Bandoengsche (baca: bandungs). Bandoengsche adalah poin akhir rangkaian acara yang digelar oleh Permib, Perhimpunan Mahasiswa IT Telkom Bandung. Acara yang digelar sejak awal waktu ashar itu diramaikan dengan lantunan melodi beberapa musisi yang diantaranya adalah Deu Galih and Folks, Polyester Embassy, CUTS, hingga Sarasvati. Sekarang mari kita ulas para musikus yang turut andil dalam Bandoengsche.

Band pertama yang resmi menginjak panggung Bandoengsche adalah Raspberry. Kuartet classic rock itu tampil dalam naungan rambut gondrong dan tubuh yang dibalut kemeja a la penganut grunge.



Wednesday, January 26, 2011

Ikiw: Orang Yang Ga Suka Musik Itu Orang Munafik

Tema romantika perjuangan menegakkan bendera musik di IPB tak pernah surut dibahas. Selain disinyalir minim kesadaran mengapresiasi saat sebuah gelaran seni digelar, jumlah tokoh intelektual (baca: mahasiswa) yang rela membasahi diri dengan keringat musikal pun tak banyak. Diantara jumlah aktor yang sedikit tadi, terdapat sebuah nama, Riki Rachman alias Ikiw. Ikiw adalah mantan mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 43 (2006). Menyibak isi dibalik tempurung kepalanya adalah hal yang menarik, karena mahasiswa yang berkecimpung dalam dunia melodia di mata saya selalu punya rangkaian neuron yang tersimpul dalam formasi lain dari yang lain. Katidakbiasaan yang saya maksud diantaranya adalah pernyataan bahwa orang yang tak menyukai jenis musik tertentu sebenarnya tidak mencintai musik. Melalui paket tanya-jawab berikut, Ikiw mempertanggungjawabkan pernyataannya.


Menurut Anda seberapa penting peran musik dalam hidup ini?
Menurut gue ya itu penting banget musik. Kalo orang ga suka musik, menurut gue dia munafik. Semua orang pasti pernah bermain musik, entah itu bernyanyi atau cuman toktoktok [mengetuk-ngetuk meja] tanpa sadar orang akan ngelamun terus toktoktok [mengetuk-ngetuk meja lagi]. Contohnya deh hari senin upacara, nyanyi Indonesia Raya itu tu udah musik. Semua orang menurut gue ga bisa lepas dari musik.

Monday, January 24, 2011

Limpy: Tidak Ada Hubungan Antara Pertanian dan Musik



Jika berbicara tentang tokoh-tokoh yang mewarnai hiruk-pikuk musikalisasi IPB, rasanya tak akan lengkap jika orang yang akan kita bahas ini tidak turut digunjingkan. Pria berperawakan bak Jack The Skeleton ini adalah pita suara yang memecah keheningan kampus pertanian dengan gemuruh vokalnya. Hadirin yang berbahagia, mari kita sambut dengan acungan telunjuk dan kelingking, Limas Agung. Mungkin tak ada yang menyangka sebelumnya, bahwa lelaki yang menggemari warna kuning ini (frame kacamatanya ada warna kuning, sepatunya bermotif kuning, hingga warna tasnya juga kuning) adalah punggawa musik cadas IPB. Di sela kesibukannya menyelesaikan tugas akhir dan berkarya di dua bandnya yang avant-garde, Limpy (begitu ia sering disapa) sempat bertutur tentang hubungan musik dan dunia pertanian, pengalaman pertamanya dengan musik metal, hingga kritik terhadap organisasi musik kebanggaan institut pertanian kita, Music Agriculture X-pression (MAX!!).

Sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian sekaligus metalhead, mnurut lu ada ga
hubungan antara pertanian dan musik?
Pertanyaannya susah nih. Kagak ada hubungannya kata gue [tertawa] Kagak ada hubungannya. Gue ga bisa menemukan hubungan antara musik dan pertanian

Sunday, January 23, 2011

Maul: Ada Kode Rahasia Di Lagu "A Day That I'm Not Good At"

Skena aspresiasi dan ekspresi seni musik IPB terasa makin ramai dengan maraknya karya-karya yang ditorehkan mahasiswanya. Salah satu musisi kampus yang produktif dengan karya musikalnya ini bernama Maulana Ibrahim Rau. Tak hanya dikenal sebagai penggubah dan pelantun lagu-lagu wajib dengar, namanya juga pernah mencuat sebagai sosok yang mengarsiteki foto UFO di Blok M yang menggemparkan langit informasi, bahkan hingga beritanya diliput infotainment. Untuk mengetahui sosoknya lebih lanjut, ikuti petikan wawancara berikut:

Kapan Anda mulai serius bermusik?

SMP kelas 3
 
Anda dikenal sebagai sosok multibisa, alat musik apa yang pertama kali dikuasai?
Gitar

Siapa yang mengajarkan?
Belajar berdua sama ade


Adik Anda bermain band juga?
Ya, nama bandnya Eleven Fourth