Wednesday, January 16, 2013

Seperti

Foto oleh Rheza Ardiansyah diambil dari sini
Seperti pertama kali. Biasanya malam tak kebingungan saat gelap duduk disampingnya. Menjabarkan hening, disela detak-detak yang tak mampu bising. Aku seperti dimainkan oleh peran, mengakhiri cerita dan memulai episode berikutnya. Seperti hidup yang memutuskan tali nasib dan berjingkrak sendiri.
Aku dan perasaan, berdiam bersama. Sebagai sebuah kisah yang ditelaah oleh detik dan masa. Saat ini, hatiku seolah tengah dipenjara dengan rapi di balik bui mimpi. Menahan ratusan kata yang berdebat, bertarung untuk tetap terkurubg. Mungkin kekal hingga ajal. Jeda ini hanya mampu beriringan dengan dentangan detik jarum jam yang tak bisa diam. Sedang aku, berjalan bersisian dengan tembok dingin, mendengar tanpa binger, bertahan buta dengan kata.
Kehidupanku sempat terbunuh oleh hati yang mati -serupa hati yang mati rasa. Saat sayap-sayap adam melenggang menjadi jubah hitam. Sampai saat ini, biar saja, aku lelah bertanya kenapa. Tembok-tembok tegak sekeliling, mengotak-ngotakan mimpi, harapan, cita dan cinta padamu. Mereka tumbuh dengan sendirinya. Tanpa panggilan, tanpa pondasi. Seperti isyarat angin untuk hujan, mengarang mendung pada paparan awan.
Mungkin seperti hatiku, yang menutup pintu saat mendengar namamu.

No comments:

Post a Comment