Saturday, June 22, 2024

Membaca Makna Joko Anwar's Nightmares and Daydreams

 
Joko Anwar's Nightmares and Daydreams (2024) adalah kisah tentang pertentangan kelas sosial. Fiksi sains, thriller, hingga gore horror jadi pembungkusnya.

Dalam serial yang pertama kali tayang sejak 14 Juni ini, penghuni kelas ekonomi marjinal jadi tokoh utama dalam lima dari tujuh episode. Dua lainnya menggambarkan kelas menengah yang pada akhirnya bersatu dengan kaum miskin tadi untuk melawan golongan super berkuasa.

Episode pertama yang berjudul Old House berkisah tentang seorang sopir taksi bernama Panji. Suatu hari tokoh yang dimainkan Ario Bayu ini mengantar perawat panti jompo yang dihuni para orang kaya. Anehnya, pengelola rumah besar itu menerima klien baru secara cuma-cuma.

Panji dan istrinya meninggalkan ibu mereka yang pikun di panti jompo tadi untuk menghindarkan putra mereka dari bahaya. Ayah satu anak itu lantas menyesal dan berusaha menjemput sang ibu.

Setelah masuk sembunyi-sembunyi, Panji melawan kekuatan yang mengeksploitasi masa muda. Sejenis makhluk aneh berjari empat menghisap vitalitas kaum miskin demi keabadian sang kaya. Itu pertentangan kelas pertama.

Episode kedua berjudul The Orphan, bercerita tentang pasangan pemulung Iyos dan Ipah. Diperankan oleh Yoga Pratama dan Nirina Zubir, mereka berjuang untuk keluar dari jerat kemiskinan melalui kejadian mistik: mengadopsi anak ajaib berjari empat.

Dalam satu adegan, Ipah diusir dari dalam restoran mewah yang menunya ingin dia cicipi. Benturan kelas sosial memang nampak di sana, tapi episode ini terasa lebih menekankan keserakahan.

“Greed is good” kata ekonom. Episode The Orphan lantas menunjukkan batasannya.

Episode ketiga berjudul Poems and Pains mengenalkan nama bagi kaum berkuasa melalui sebuah kata yang lebih mudah diterima dibanding mengenalkan mereka kepada penonton sebagai oligark: agarthan. Tokoh Rania yang diperankan Marissa Anita bisa berpindah badan. Gambaran kota tempat mereka berasal tergambar saat dia merasuki Adrian.

Meski episode tiga menampilkan Agarthan dalam wujud serupa manusia, episode setelahnya hanya tampak melalui pengerahan aparat. Berlatar di Jakarta Utara tahun 1985, Agartha sebagai sebuah “nafsu mengeksploitasi” pada akhirnya melahirkan “antibodi”, entitas yang dipilih “supreme being” untuk menjaga kemanusiaan.

Tahun 1997 terjadi resesi ekonomi. Seorang mantan petugas karcis bioskop bernama Bandi berjuang untuk bertahan hidup di sebuah rumah susun bersama istrinya, Dewi.

Memerankan Bandi yang terjebak dalam sebuah mesin waktu, Kiki Narendra bak Jack Nicholson yang hadir ke pesta di ballroom hotel Overlook dalam film The Shining. Kurun yang baginya terasa beberapa jam ternyata berlangsung selama dua tahun. 

Adegan itu bisa jadi mengacu ke “penghisapan” yang dikendalikan kaum super kaya alias agarthan. Istri Bandi sendiri menyaksikan itu meski gagal menyelamatkan sang suami.

Pada akhirnya Dewi yang diperankan Sita Nursanti menjadi oposan agarthan. Ia punya kekuatan khusus, sebagaimana terlihat dalam episode keenam berjudul Hypnotized. 

Dewi dan kelompoknya merekrut Ali, seorang teknisi elektronik yang buta warna. Kesulitan finansial akibat kelainan itu, membuat Istri Ali yang diperankan Poppy Sovia mencuri dari supermarket. 

Pada pangkal kisah, sosok yang diperankan Fachri Albar ini lolos proses seleksi Dewi karena dia berhasil “ambil kendali”. Salah satu kendali itu: menentang tindakan pencurian oleh Ningsih.

Di penghujung episode berjudul PO BOX, kekuasaan agarthan ditunjukkan melalui kuasanya menghilangkan manusia. Haydar Salishz yang memerankan Adrian tampil lagi sebagai agarthan berkedok menteri.

Bersama kawanannya, ia hendak menyantap mata Valdya, calon antibodi baru. Ini metafora untuk sebuah tindakan eksploitasi.

Beruntung rombongan antibodi datang menyelamatkan. Kaum miskin superpower pada akhirnya bertarung melawan golongan berkuasa, secara harfiah.

Secara kiasan, pertarungan proletar dan borjuis akan berlanjut di season 2 setelah anggota antibodi terakhir yang diperankan Asmara Abigail mau bergabung dan berujar: “let’s kick their ass”.[]