Thursday, December 1, 2011

Open Mic 2 IPB

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan universitas sebagai perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yg menyelenggarakan pendidikan ilmiah dan/atau profesional sejumlah disiplin ilmu tertentu. Sumber yang sama menjelaskan makna kata institut dengan organisasi, badan, atau perkumpulan yg ber-tujuan melakukan suatu penyelidikan ilmiah. IPB menyandang dualisme dua istilah tadi. Sebagai institut, IPB memang bernama lengkap Institut Pertanian Bogor. Sebagai universitas, di ranah internasional IPB dikenal dengan Bogor Agricultural University. Ambiguitas tadi memang terkadang membingungkan, namun terlepas dari pemakaian kata dalam fungsi semantiknya, IPB menjadi pusat pergolakan berbagai bentuk produk pemikiran, tentu yang bersifat konstruktif. Gagasan pembaharuan tadi tidak hanya harus ditampilkan dalam format tulisan ilmiah formal. Asalkan ide utamanya tetap terkandung, bentuk lain semacam musik, lukisan, puisi dan karya lain dihalalkan tampil. Salah satu inovasi bentuk penyampaian, tampil dalam rupa komedi, stand up comedy.



Stand up comedy adalah salah satu gaya penyampaian materi pengundang tawa yang disajikan oleh komedian/comic dengan berdiri sendiri di panggung. Di Indonesia, gaya berkomedi ini diprakarsai oleh Ramon Papana melalui Comedy Cafe-nya. Stand Up Indo Bogor mulai menyebarkan tren ini ke tempat lain, IPB. Jika biasanya Open Mic dihelat di O-Lounge Cafe, kini ajang uji materi para comic ini digelar di Cafe Stevia kampus IPB Darmaga. Banyak comic yang unjuk kebolehan di ajang ini. Diantara mereka ada yang memang belum pernah menjajal panggung stand up comedy sebelumnya, pun ada yang sudah tampil beberapa kali. Open Mic kedua di kampus pertanian ini (setelah sebelumnya digelar Kamis hari ke-24 di bulan November) juga spesial karena ada dua jenis oleh-oleh fisik yang bisa dibawa pulang pendatang yang beruntung, buku dan CD.


 

Faris mengawali open mic pertama di Desember tahun ini dengan materi yang menyindir keberagaman ironis IPB. Topik seputar keberadaan program studi/jurusan yang tidak berhubungan langsung dengan pertanian hingga perbedaan aturan berpakaian mahasiswa jenjang D3-S1 turut ia singgung. Faris mengawali open mic dengan materi yang menyatakan identitas stand up comedy yang sebenarnya, kritik dalam humor.

Pembawa acara malam itu adalah Hada. Ia mampu melakukan fungsi ganda di panggung. Selain menghantarkan acara, ia juga melontarkan beberapa celetukan yang diiringi gelak tawa hadirin. Mahasiswa Manajemen angkatan 45 itu menyinggung aturan baru penampilan musisi di IPB. Sewaktu ia menjadi panitia sebuah acara, pengisi acara di gelaran itu diwajibkan menyerahkan daftar lagu terlebih dahulu ke pihak rektorat untuk kemudian diseleksi. "Emangnya rektor mau nyanyi?" Tukasnya menyindir.




Tren celana skinny hingga menjamurnya boy/girlband menjadi materi pokok yang disampaikan Adri. Katanya hal yang konyol adalah tak jarang tren tadi berisiko terhadap kondisi fisik si pemakainya. Penyampaian yang diiringi gestur yang tepat menjadi kombinasi yang pas dalam paket penampilannya.




Seorang mahasiswa Ilmu Tanah melontarkan lawakan tentang kiamat dan guru agama yang mengajarkannya. Alvi melirik informasi tentang hari kiamat dari kacamata kepolosan yang menggelikan. Status Alvi sebagai mahasiswa Ilmu Tanah di IPB menjadi bahan candaaan bagi comic berikutnya. Mang Agus menyindir keberadaan Ilmu Tanah dan ketiadaan ilmu api, air, dan udara, ilmu Avatar (The Legend of Aang). Comic bernama asli Endang ini juga memaparkan uniknya penggunaan huruf p, f dan v oleh orang sunda.






Hada sang MC mempersilahkan penjaga vila untuk naik panggung. Yang ia maksud dengan penjaga vila sebenarnya adalah Cahyadi. Mahasiswa keperawatan itu menjelaskan materi tentang mislokasi mahasiswa yang tidak memiliki tipikal wajah perawat. Pasca Cahyadi, barulah Aga naik pentas. Comic penggemar musik cadas itu menceritakan pengalaman menggelikannya selama berkorespondensi dengan administratur @standupindo_bgr melalui Twitter.








Can I Say Magazine, salah satu majalah digital yang berbasis di Bogor memberikan kesempatan kepada salah satu pengunjung cafe untuk memiliki album kompilasi Halo Aci! yang nonkomersil. Hada menyalurkannya melalui kuis tentang penyelenggara acara dan lagu yang dirasa calon pemenang kuis menggambarkan kondisi Indonesia. Seorang mahasiswa Proteksi Tanaman beruntung menjawab pertanyaan dengan benar. Resa, demikian ia biasa dipanggil, selain ke panggung untuk merebut hadiah, juga memaparakan materinya sendiri. Ia berkelakar tentang pengalamannya selama berkuliah di IPB.



Selain CD album kompilasi, hadiah lain di open mic keenam stand up Bogor ini adalah sebuah buku berbonus CD Original Sound Track karya Irawan Raharja atau Om Iwan. Penulis merangkap rapper yang juga dipanggil Igor itu juga tampil sebagai comic. Dengan kepala tertutup topi bintang tunggal khas Mao Tse Tung, mahasiswa IPB angkatan 40 itu memaparkan materi tentang kedatangan David Beckham hingga kemahirannya meramal nasib sebuah band berdasarkan namanya. Open Mic kedua di IPB ditutup dengan manis oleh Jui Purwoto. Comic jebolan strata D3 IPB itu juga sempat mengomedikan almamaternya. Comic pamungkas ini terlihat paling mahir memancing tawa. 





Open Mic adalah ajang pengujian dan latihan materi baru/lama seorang comic. Ajang ini nantinya akan berlanjut menjadi Stand Up Night yang menampilkan comic yang benar-benar dikenal profesional. Agar penampilan Stand Up Comedy terus menanjang di kurva kualitas,  diskusi rutin dilakukan, seperti yang selalu mereka lakukan bada acara. Selain itu kreasi materi baru yang belum pernah dibawakan comic lain juga merupakan lain hal yang perlu ditingkatkan. (rheza ardiansyah)

3 comments:

  1. Wah, keren ada acara-acara seperti ini di IPB. Tapi kemarin tidak dapat infonya kak.

    :)

    ReplyDelete
  2. biasanya tiap kamis malam gan ada noh di stevia :)

    ReplyDelete