Oleh: Rheza Ardiansyah
"Ini bukan film tentang pornografi. Ini tentang orang yang berhubungan dengan pornografi," kira-kira demikian jawaban Teddy Soeriaatmaja ketika ditanya apa filmnya identik dengan tren film Indonesia yang katanya selalu berbumbu seks dan komedi. Penjelasan Teddy yang bernada tegas beralasan karena memang filmnya yang barusan diputar tidak demikian. Seri kedua trilogi kehidupan masyarakat urban Jakarta itu kini hadir lagi dengan judul Something In The Way.
Something In The Way berkisah tentang seorang sopir taksi bernama Ahmad (Reza Rahadian) yang hobinya bermasturbasi. Ia lakukan itu ketika menunggu penumpang, ketika sendirian di rumah susunnya, ketika di kamar mandi, hampir dimana-mana. Tapi, Ahmad ini relijius juga. Dia solat. Siang hari sebelum cari penumpang ketika malam, Ahmad menghadiri ceramah di masjid. "Film ini tentang kita yang kadang rajin pergi ke mesjid, ke gereja, ke tempat ibadah, tapi juga tetap melakukan dosa," Teddy menggambarkan di sebuah sesi tanya jawab.
Konflik dalam film ini muncul setelah Ahmad mengenal dan jatuh cinta dengan Kinar, seorang pekerja seks komersial yang ternyata tetangganya. Namun Kinar terganggu dengan cara Ahmad menunjukkan yang perasaannya. Ahmad dinilai mengusik profesi yang telah ia jalani selama 13 tahun. Ada tiga bab yang menjadi jeda sekian detik di film ini. Ketiganya berdasarkan fluktuasi interaksi Ahmad dan Kinar.
Something In The Way adalah film kedua Teddy yang digarap bukan berdasarkan pesanan. Biasanya putra mantan duta besar Indonesia di Austria ini jadi sutradara "sewaan". Setelah kenyang mengolah Banyu Biru (2005), Ruang (2006), Badai Pasti Berlalu (2007) hingga Rumah Maida (2009), Teddy menempuh jalur lain ketika menggarap Lovely Man (2011). Lovely Man kemudian mengantarkan Donny Damara, aktor utamanya, menyabet gelar aktor terbaik dalam gelaran Asian Films Awards. Film ini juga diganjar penghargaan Best Director dan Best Film di Festival Film Palm Spring AS.
Nasib serupa dialami Reza Rahadian. Berkat membintangi film Something In The Way, ia menjadi aktor terbaik versi majalah Tempo tahun 2013. Predikat yang diraih Reza memang setimpal dengan yang ia tunjukan di film berdurasi hampir 90 ini. Sosok Ahmad dalam tubuh Reza terlihat sedemikian kikuk, canggung, sekaligus emosional di saat lain. Kata Teddy sang sutradara, Reza terpilih karena permainan memukaunya di film 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta.
Donny Damara hadir lagi di Something In The Way. Meski belum menonton film Lovely Man, kehadiran Donny saya rasa bisa mendistraksi sosoknya yang digambarkan berbeda di film pertama. Teddy berargumen pemilihan Donny karena ia dinilai pantas memerankan tokoh itu. Demikianlah Teddy bergaya memainkan "instrumen" dalam filmnya. Suka tidak suka itulah dia. Saya juga harus maklum ketika tokoh Pinem selalu tampil sedang menyantap mie, sehingga terkesan dia makan mie tiap waktu. Sang sutradara mengaku sadar dan memang itu yang ia ingin perlihatkan. Apapun itu, gagasan Teddy menampilkan kisah dan mendramatisasinya tetap memikat. Something In The Way saat saya menyaksikannya di Galeri Indonesia Kaya Sabtu (23/3) lalu, belum ditayangkan di bioskop Indonesia manapun. Makanya tak heran sang sutradara meminta penonton menitipkan semua ponsel dan alat rekam saat menyaksikan film itu. Jadi kapan filmnya tayang di bioskop? Entahlah, saya lupa nanya. Hehe.
No comments:
Post a Comment