Thursday, August 11, 2016

Klimaks Supernova

Dicicil sejak 2001, serial novel fiksi ilmiah Supernova berakhir lima belas tahun kemudian. Sebuah penutup berjudul Intelijensi Embun Pagi menutup lima seri lainnya: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh; Akar; Petir; Partikel; dan Gelombang. Intelijensi berisi kelanjutan dari petualangan para tokoh utama di seri sebelumnya sekaligus menjawab pertanyaan tentang identitas mereka.
Serial Supernova diawali dengan pertemuan Reuben dan Dimas. Di dalam seri Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh (KPBJ) ,kedua tokoh ini kemudian mengarang novel tentang hubungan asmara seorang eksekutif muda Ferre. Ferre kemudian bertaut suratan dengan seorang model bernama Diva. Dari Diva, Ferre mengetahui sebuah entitas interaktif (semacam media sosial di internet) bernama Supernova. Ketika dirilis, internet belum menjadi sesuatu yang sefamiliar sekarang. Kala itu pula, novel KPBJ unik karena berisi istilah ilmiah dengan banyak sekali catatan kaki—tanpa kehilangan sensasi puitis. Supernova: KPBJ pernah difilmkan, dengan dialog yang juga “puitis”.
Supernova kemudian berlanjut ke Akar (2002). Di dalamnya diceritakan seorang pria yang dibesarkan di biara dan kemudian berkelana mencari kesejatian. Bodhi namanya. Cita-citanya mati, karena dia menyandang sebuah gejala yang baru kemudian disadari di seri terakhir Supernova. Tokoh-tokoh semacam Kell, Ishtar Summer, dan Liong mulai diperkenalkan.
Dua tahun kemudian (2004) Supernova: Petir lahir. Ada seorang keturunan tionghoa yang tinggal sebatang kara di Bandung. Ia menyadari kekuatan elektris setelah bertemu dengan Sati, seorang terapis. Elektra juga membangun sebuah warnet bernama Elektra Pop bersama rekannya yang bernama Toni atau Mpret. Keduanya membentuk komunitas pertemanan yang salah satu di dalamnya ada Bong. Bong inilah yang mempertemukan Elektra dengan Bodhi. Perlahan-lahan, teka-teki Supernova saling melengkapi.
Berjarak delapan tahun (2012) kelanjutan Supernova yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Ketika itu sampul serial terbarunya—Supernova: Partikel—hanya berupa sebuah simbol khusus dengan latar hitam. Mulai dari sana, versi cetakan teranyar Supernova terdahulu berkonsep serupa. Partikel berisi Zarah, seorang anak ilmuwan yang tergila-gila dengan eksplorasi sebuah spesies jamur. Sang ayah pada suatu ketika menghilang. Selama belasan tahun Zarah menjelajahi penjuru dunia untuk sebuah asa: berjumpa lagi dengan ayahnya.
Tahun 2014 kisah Alfa kemudian lahir. Dialah tokoh utama di seri Supernova: Gelombang. Pria batak ini dikutuk tidak bisa tidur. Terlelap baginya berarti mati, karena ketika memasuki alam mimpi, ada sosok yang selalu berusaha membunuh. Dalam petualangannya, Alfa kemudian berjumpa dengan Ishtar Summer, wanita misterius yang muncul sejak seri kedua Supernova.
Intelejensi Embun Pagi kemudian lahir Februari lalu. Novel tebal ini merangkum dan menutup nasib para tokoh di Supernova. Di dalam Intelijensi muncul kembali Gio, seorang petualang yang dalam seri-seri sebelumnya hanya dikisahkan dalam sebagian kecil keping. Keping dalam novel Supernova berarti bab. Jumlahnya sejak seri pertama hingga terakhir ada 99. Intelijensi Embun Pagi, dimulai dari Keping 45.
Intelijensi dibuka dengan kisah Gio. Dari perspektif Gio-lah kemudian kisah bergulir. Tokoh per tokoh dihadirkan kembali. Peran mereka dalam jagad kisah Supernova kemudian diungkap.
Keenam tokoh utama adalah manusia-manusia yang hadir ke dunia dengan misi khusus (hal. 321). Mereka disebut peretas. Para peretas dilindungi infiltran, dan infiltran bermusuhan dengan sarvara. Sumber konflik mereka adalah magnet bumi. Perubahan magnet bumi mengakibatkan pergeseran kutub yang berujung ke evolusi kesadaran manusia—dalam KPBJ istilahnya momen bifurkasi. Perbedaan dalam memandang evolusi kesadaran manusia itulah sumber konflik dua kubu.
“Kalian mengira sedang berbuat kebaikan dengan melepaskan manusia dari samsara, mengatrol kesadaran mereka atas nama evolusi, padahal kisi kamilah yang menciptakan stabilitas.” (hal. 374)
Membaca novel ini, membuat saya teringat seri kisah Michael Scott (penulis serial The Alchemyst: The Secrets of the Immortal Nicholas Flamel). Dewi Lestari bermain-main dengan pem-fiksi-an sejarah manusia. Misalnya, jika X-Men: Apocalypse menggambarkan bahwa En Sabah Nur-lah dewa segala dewa yang dulu dipuja manusia, maka di Supernova salah seorang peretas dikisahkan sebagai Anshargal, dewa di mitologi mesir kuno (hal. 615).
Bundel setebal lebih dari 700 halaman ini diakhiri dengan sebuah adegan pertarungan. Sebelum suasana haru melapisi ujung kisah seorang tokoh. Sebelum satu tokoh lain merasa nasib akhir yang harus dijalaninya bukan hal luar biasa. Untaian perpisahan itu seturut pula dengan ucapan selamat tinggal bagi pembaca Supernova yang setia menyimak dalam belasan tahun karya itu diproduksi. Meski begitu, kesedihan rasanya bukan kata yang tepat untuk menutup jilid tebal serial Supernova, karena kepala yang membuat mereka ada, nampaknya masih akan terus berkarya. []

No comments:

Post a Comment