Sunday, December 19, 2021

Trilogi Before, overrated?

Saya nonton tiga film legendaris garapan RIchard Linklater: Before Sunrise, Before Midnight, Before Sunset. Kesan pertama saya, justru muncul sebuah pertanyaan: seberapa realistis sih momen asam-manis di film itu?


Oke, oke. Ini bukan dokumenter, bukan pula diilhami dari kejadian nyata atau pun reka ulang realita. Ini roman tentang seorang Amerika Jesse yang bertemu Orang Perancis Celine di kereta. Mereka menghabiskan malam berdua dalam perjalanan dan obrolan di Denmark, sebelum fajar tiba. Maka judulnya: Before Sunrise.


Dahi saya bekernyit ketika, emang di eropa sana bisa ya dua orang asing baru kenalan dan langsung nyambung? Emang semudah itu pedagang wine ngasih sebotol barang jualannya? Emang ga ada nyamuk pas Jesse dan Celine rebahan di rumput? Nah, rumput. Semut ga ada gitu? 


Mari, lanjut ke Before Midnight. Bertahun kemudian, Jesse dan Celine ketemu lagi. Setelah mereka melanggar janji masing-masing buat ketemu di tempat terakhir berpisah. 


Saat mereka ketemu lagi di sebuah toko buku terkenal di kota Paris, Jesse dikenal sebagai penulis yang baru rilis buku fiksi yang diilhami dari pertemuan mereka, 11 tahun lalu. Uniknya film ini, pengambilan gambarnya memang dipisah jarak waktu selama itu, dan terasa natural--Richard Linklater melakukan teknik yang sama saat menggarap film Boyhood.


Sambil jalan, Celine cerita kalau dia di tahun 2013 itu kerja di sebuah organisai nirlaba, NGO bidang lingkungan. Lantas mereka berdebat soal apakah kondisi dunia lebih baik atau sebaliknya. Terungkap pula bahwa salah satu dari mereka sudah menikah--ya kan?


Sore itu, Tokoh utama kita sampai di rumah Celine. Celine yang diperankan Julie Delpy menyanyikan sebuah lagu, bagus banget. Jesse yang diperankan Ethan Hawke terpukau. Kisah pun berakhir. Sebelum malam, makanya film ini dikasih judul: Before Midnight.


Tibalah saya ke trilogi terakhir: Before Sunset. Kali ini, ternyata Jesse dan Celine sudah menikah. Mereka ada di Siprus, sebuah pulau yang status kenegaraannya problematik--baru-baru ini, wartawan favoriku Johnny Harris bahas soal Cyprus.


Jesse makin terkenal. Setidaknya dia nyebut nama Lech Walesa dalam obrolan bersama Celine itu. Mereka baru pulang dari sebuah pertemuan dengan para penulis, atau katakanlah sastrawan. 


Kelak, percumbuan keduanya di ranjang berujung pertengkaran yang melibatkan pertemuan sastrawan tadi--setidaknya begitu yang disebut Celine dalam pisuhannya. Mentari tenggelam, malam menjelang. Singkat kisah, Jesse dan Celine rujuk dan menikmati senja. Before Sunset berakhir.


Dari dua seri terakhir, saya nggak nanya lagi soal "emang gitu?". Mungkin memang saya udah masuk di tahap nrimo.


Jadi, kalau pun ada pertanyaan tentang "seberapa realistis?", jadinya memaklumi kondisi bawha kadang, realita justru lebih aneh dibanding fiksi. Reality is stranger than fiction. []

No comments:

Post a Comment