Setelah menghadiri
hari pembukaan Java Rockinland 2011,
saya kembali berkesempatan datang dihari penutup. Hari ketiga hajatan
anual musik rock itu diramaikan artis-artis yang tak kalah menarik
dibanding dua hari di belakangnya. Kombinasi performer yang ciamik juga
jadi alasan saya ada disana. Menyaksikan penampilan musisi yang karyanya
sudah saya kenal ibarat menghadiri presentasi karya ilmiah yang
sebelumnya sudah dibaca, selalu ada tambahan poin yang menjadi objek
kepuasan, apalagi bisa memotret mereka dan menceritakan ulang. Tahap
terakhir itu yang akan saya lakukan melalui tulisan ini.
Panggung
Rajasinga yang tepat berada di tepi pantai menjadi persinggahan pertama
saya. Rentetan melodi distortik menohok sore yang menurut vokalis band
yang baru merilis Rajagnaruk itu enak untuk dinikmati dengan musik slow
di kamar. Tentu saja pernyataan itu hanya olok-olok belaka. Nyatanya
mereka tetap terlihat enak meski tidak berada di kamar dan tidak
membawakan lagu slow. Potongan lirik Good Shit For Good Friend yang
mereka bawakan juga menginisiasi bergulirnya fase akhir JRL tahun ini.
"Pesta, mari berpesta!"
Sebenarnya
di panggung terdekat dengan pintu masuk arena festival, ada band asal
Bogor yang tampil. Mereka adalah Psychotic Angels. Malangnya, saya tiba
disana setelah para metal head wanita itu turun tahta. Di perjalanan
menuju panggung Psychotic Angels tadi, saya mampir di panggung Ginger.
Selain
sepuluh panggung dengan tata suara bombastis (tata cahaya beberapa
panggung menurut saya tidak nyaman untuk fotografer :D), di Java
Rockinland juga tersedia booth-booth yang menyediakan makanan, suplemen
informasi berupa majalah, toko CD, hingga karya seni rupa.
Jika
di hari kedua Godbless tampil sebagai salah satu dedengkot ikon musik
nasional, maka hari Minggu itu giliran Roxx yang mengulang kejayaan.
Seorang penonton di depan saya terlihat sangat antusias dengan
penampilan Jaya dan kawan-kawan. Saat Air Mata Hewan hendak dinyanyikan,
Trison si vokalis bertanya lagu apa berikutnya. "Air mata lu son,"
jawab Jaya.
Selain
Roxx, legenda hidup musik Indonesia lain yang juga edan di JRL adalah
Edane. Tampil dengan kostum serba hitam, kawanan pimpinan Eet Sjahranie itu berhasil menjadi magnet dengan daya tarikan penonton yang kuat di sore itu.
Band
emo asal Bandung tampil di sisi lain panggung Edane. Alone At Last
menambah gemuruh distorsi dan emosi di angin Laut Jawa yang berhembus
langsung ke panggung yang mereka jajal. Aksi komunikatif vokalis dan
gaya akrobatik si bassis adalah dua poin utama yang jadi perhatian saya.
Saking interaktifnya Yas si vokalis, ia bahkan sampai menyanyi di
lounge Segara, turun jauh dari panggung tempat ia lazimnya berada. Yas
juga sempat menyanyi dari FOH. Ucay Rocket Rockers yang hadir di barisan
penonton ia sodori mic dan diajaknya naik ke panggung. Sayang Ucay
malu-malu kucing, enggan menyanyi di awal, namun beru merapat ke
panggung setelah lagu tiba di bagian ujung. Soal bassis akrobatik tadi,
pamornya memang sudah terdengar sejak saya mendengar karya band ini 6
tahunan lalu. Teman-teman SMA saya menggunjingkan aksi itu sebagai ciri
khas Alone At Last. Dan akhirnya setelah sekian lama aksi visualnya
dinantikan, akhirnya saya bisa menyaksikan mereka langsung.
Paket
musisi berikutnya yang saya saksikan adalah para rocker yang baru saja
menelurkan albumnya yang ketujuh. Band ini sempat hanya menyanyikan satu
lagu dari delapan lagu yang rencananya akan dibawakan di event Fusion Music Festival 2011.
Atas dasar balas dendam karena belum puas dengan penampilannya di acara
tadi, saya rela berlama-lama di panggung dome untuk menyaksikan RIF.
Ya, jajaran pelantun ritma kebebasan (RIF=Rhytm In Freedom) itu bahkan
rela membagi 100 CD album terbarunya secara cuma-cuma. Saya bahkan telah
beberapa inci menuju kepemilikan CD itu. Sayangnya tangan kiri saya
kurang kuat berebut dengan tangan kanan orang di belakang saya. Akhirnya
saya harus puas hanya pulang dengan menggondol satu pick gitar dari
Edane dan stiker dari Alone At Last.
Jika
di hari Sabtu The Cranberries dinanti karena itu momen reuni mereka,
maka sehari setelahnya ada satu band lagi yang tampil di JRL dengan
titel penampilan reuni. Mereka adalah Step Forward yang kembali maju
setelah sekitar 4 tahun vakum. Band yang terbentuk pada tahun 1995 itu
juga dihuni Ricky Siahaan Seringai dan Fajar Alexa.
Kensington
mengisi petang di area utama dengan irama groove-nya yang danceable
sementara di bagian lain area itu beberapa orang merapat ke sebuah
panggung kosong. Panggung kosong itu adalah lahan yang akan digarap Good
Charlotte.
Seperti yang pernah dilakukan Tria Changcuters dan Yukie Pas Band
sebelum 30 Seconds To Mars tampil di hari pertama, Andy dari RIF, Ervin
dari Edane dan Gugun dari Gugun and The Blues Shelter memimpin penonton
untuk bersama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Banyak
penonton yang larut dalam suasana nasionalis meski ada juga yang enggan
bergabung. Ritual nasionalis ini adalah teladan yang layak dipraktikkan
di gelaran lain.
Good
Charlotte disinyalir bertindak sebagai prima causa (penyebab utama)
kedatangan beberapa pengunjung festival. Hal itu tercermin dari
banyaknya orang yang bahkan stand by di hadapan panggung yang akan
ditempati band Si Madden bersaudara sejak sore panggung itu terakhir
dipinjam Edane. Penampilan Good Charlotte di kesempatan kali ini akan
sangat spesial karena Benji akan dituntut untuk menunaikan janji yang
pernah ia ikrarkan di Twitter. Saat itu Benji mengicaukan sebuah petikan
lirik lagu yang populer di Indonesia. "You know me so well," kayanya.
Banyak pengikut akunnya di Twitter yang berasal dari Jakarta menanggapi
tweet itu. Benji pun sompral berkata bahwa jika topik tentang lagu SM*SH
itu jadi trending topic, maka ia akan membawakan lagu tersebut di
kesempatan berikutnya jika Good Charlotte tampil di Indonesia. Benji
rupanya menepati janji. Di hadapan fansnya Benji menyanyikan bagian reff
lagu itu, sementara Joel menarikan lagu yang dibawakan boyband asal
Indonesia itu. SM*SH pantas bangga, lagunya dinyanyikan musisi kelas
dunia-akhirat.
Joel
memperlihatkan sebuah banner yang diambil dari penonton di barisan
depan. Ia dan rekan se-Good Charlotte-nya mengaku sangat senang dan
tersanjung dengan adanya banner itu. Joel dan Benji makin sering
memekikkan I Love You Jakarta.
Usai
Good Charlotte menunaikan janji dan tugasnya, saya melaju ke panggung
Cupumanik. Salah satu nabi kaum grunge Indonesia itu membawa kabar
gembira. Mereka akan mewakili Indonesia untuk tampil di gelaran Planet
Rox di Kanada. Pernyataan sikap sekaligus tiket mereka melanglang buana
kesana adalah sebuah nomor bertitel Grunge Harga Mati.
Frente, Superglad, The Trees and The Wild dan Young The Giant adalah beberapa pengisi acara yang selintas saya simak.
Helloween
yang juga berperan sama dengan Good Charlotte akhirnya muncul juga.
Lagu-lagu pusaka macam 'Are You Metal?' hingga 'Eagle Fly Free'
mengalun dengan enerjik. Aksi solo drum Dani Loble
juga sayang dilewatkan. Helloween tampil dengan performa dan aksi yang
spektakuler, hingga saya yang tidak biasa mendengar musik serupa bisa
ditahan tegak berpaku disana.
Speedkill
tampil bersamaan dengan Helloween. Saya kesana saat kuartet mematikan
itu membawakan lagu keramat Smells Like Teen Spirit milik Nirvana.
Beberapa
menit sebelum hari berganti dan disambut pagi, The Morning After
menutup ajang ini. Empat sekawan asal kota apel itu tampil dengan musik
kontemplatif nan indah.
Java
Rockin'land 2011 tahun ini seakan menjadi happy ending bagi acara-acara
musik yang sepertinya akan libur panjang di bulan puasa.
No comments:
Post a Comment