Oleh: Rheza Ardiansyah
Pertengahan 2013 saya hadir ke gelaran Pop Con Asia. Disana ada meet and greet sama krator dan aktor-aktris film Killers. Selain bisa bertanya-jawab, hadirin disana juga menyaksikan potongan film Killers, film yang diproduseri duet produser Indonesia dan Jepang yang akan dirilis setahun kemudian. Tahun kemudian yang dimaksud kini tiba. Dan film yang saya tunggu sejak lama itu lengkap sudah saya susuri tiap menit durasinya.
Killers berkisah tentang seorang pembunuh di Tokyo yang hobi mengunggah video kematian korbannya ke internet. Namanya Shuhei Nomura. Dia diperankan dengan apik oleh Kazuki Kitamura. Di Jakarta, seorang wartawan ambisius bernama Bayu Adhitya frustasi karena upayanya membongkar kasus korupsi seorang pejabat selalu menemui kendala. Oka Antara pintar sekali memainkan peran Bayu ini. Dia terlihat total menjadi sosok berprestasi tapi selalu merasa dipecundangi. Pada suatu ketika, Bayu melihat video kematian yang diunggah Nomura. Pengalamannya melihat proses kematian di layar laptop beriring dengan pembunuhan yang tak sengaja ia lakukan. Adegan pembunuhan di taksi inilah yang saya saksikan di event Pop Con Asia tahun lalu. Kala itu hadirin masih buta dengan jalannya cerita dan kualitas tayangan si film, jadi ya pertanyaan mereka ke pembuat film masih terlalu dangkal. Tapi Mo Bros memberi tanda tebal di pernyataan bahwa film ini berkisah tentang sisi gelap di dalam diri manusia yang dibangkitkan situasi.
Balik lagi ke cerita Killers. Jadi setelah tak sengaja membunuh, Bayu merekam kematian di depan matanya, lalu seperti Nomura, mengunggahnya ke internet. Dari situlah mereka mulai terhubung dan liukan jalan cerita pun mengalir indah. Ya, indah. Meskipun kasar, jorok dan menjijikan. Haha. Bingung ga? Secara garis besar, film ini sangat mengekspos darah dan adegan kekerasan. Nampaknya itu memang sudah jadi sidik jari film-film Mo Brothers. Lihat saja Macabre atau film Rumah Dara itu. Film Killers ini juga mengingatkan saya ke film mereka yang lain di omnibus VHS 2. Fahri Albar disitu sampe ingusnya menggantung-gantung. Haha. Sama kayak Killers ini. Oka Antara juga di beberapa scene ekspresi frustasinya terlihat sedemikian "rusak". Ya intinya film-film Mo Bros itu sadis, kotor, jorok dan gila. Nah untuk urusan gila ini bisa berarti gila yang berarti "kalo yang beginian emang ada di dunia nyata, serem juga". Gila versi ini selain di film Killers, juga ada di film "L is for Libido" di omnibus ABCs of Death. Film ini juga dibuat duo Kimo-Timo. Masa di film itu ada kompetisi onani, yang kalah dibunuh. Sakit. Nah gila selanjutnya berarti keren. Visualisasi sama twist alurnya oke banget. Saya nonton Killers beriring umpatan dan senyuman di saat yang sama. Haha. Beneran. Bagian Bayu nodong pistol pas masuk ke rumah pengacara politikus korup berkesan. Juga pas gerakan slow motion di akhir. Sayangnya poster film ini terlalu sederhana. Coba posternya berupa ruang penyiksaan Nomura. Terus menampilkan Nomura disana dengan topeng kainnya. Atau visualisasi ruang edit video Nomura. Atau tampilan komunikasi webcam Nomura-Bayu. Poster yang menampilkan dua wajah kurang serem.
Sebagai salah satu film Indonesia yang ditayangkan dalam festival film Sundance yang terkenal itu, Killers saya sarankan ga boleh dilewatkan. Meskipun seperti yang diwanti-wanti Luna Maya di acara Pop Con Asia, yang boleh nonton ini cuma orang yang 17 tahun keatas. Saya tambahkan, penonton film juga harus orang yang waras. Di mata penonton yang salah, Killers ini seperti video Nomura yang ditontonkan ke hadapan Bayu. Kata Kimo Stamboel ketika diwawancarai VOA sih, kita musti melihat hal lain di balik kekerasan di film ini. Pernyataan Kimo sepertinya ada kaitan dengan kuotasi latin homo homini lupus, seorang manusia adalah serigala bagi manusia lain.
No comments:
Post a Comment