adalah sebuah dunia yang serba mekanis. semua terstruktur, teratur. dari jadwal kegiatan, hingga jawaban pertanyaan. itulah dunia yang ditempati seorang anak perempuan di kota itu. ia hidup bersama seorang ibu yang juga disiplin bekerja. ayahnya, entah dimana. tapi dia juga bekerja. sangat jarang pulang. bahkan selama liburan musim panas yang dua minggu itu. bahkan ketika anaknya berulang tahun, hanya hiasan meja yang mewakili ucapan sang ayah. si gadis kecil pun dihadapkan ke kehidupan mekanis tadi, terutama jadwal kegiatan yang super ketat. lalu mendaratlah sebuah pesawat kertas di atas meja belajar. sumbernya ternyata rumah sebelah yang dihuni seorang kakek tua. meski awalnya tak acuh, si gadis cilik tertarik berkenalan dan berbincang lebih jauh setelah membaca kisah di pesawat kertas tadi. petualangan pun dimulai. sang kakek yang seorang mantan penerbang mengaku pernah bertemu pangeran kecil dari sebuah asteroid. pangeran kecil itu menemaninya ketika terdampar di sebuah padang gurun. hingga kemudian mereka berpisah, si kakek masih terkenang dengan pertemuan mereka dan ingin kembali berjumpa dengan si pangeran kecil.
Thursday, December 3, 2015
Tuesday, December 1, 2015
Apa yang Menarik dari Film yang Sebagian Besar Berlatar di Dalam Mobil?
Djenar Maesa Ayu datang lagi. Ia dikenal pada awal tahun 2000an setelah menerbitkan kumpulan cerpen pendobrak tata kelaziman berjudul Mereka Bilang Saya Monyet (yang kemudian difilmkan). Kali ini Djenar menghadirkan karya melalui media berbeda: film berjudul Nay. Nay adalah sebuah film nyaris monolog yang dibintangi Sha Ine Febriyanti. Lalu apa yang menarik dari film yang sebagian besar adegannya direkam di dalam mobil?
- Konsep dan format seperti demikian terhitung orisinil untuk film Indonesia. Meskipun pada 2013 film asal Inggris yang dibintangi Tom Hardy berjudul Locke sudah melalukan hal serupa. Bahkan tampak seperti sumber inspirasi Nay (kalau istilah jiplakan dirasa terlalu kasar). Serupa dengan Locke yang rilis duluan, Nay menampilkan gejolak batin seseorang tentang sebuah kejadian. Memang latar belakang kedua tokoh berbeda, jalinan konflik pun demikian tak sama. Tapi cara Nay mengungkap masa lalunya, serupa dengan yang dilakukan Locke. Ya, ternyata tidak terlalu baru, tapi tidak salah juga toh melihat film layar lebar pertama Ine Febriyanti.
- Film bioskop pertama Ine Febriyanti. Sha Ine Febriyanti jadi tokoh utama dalam film Nay. Di dalamnya, ia adalah seorang perempuan matang yang dihadapkan pada kondisi dilematis antara menyambut tawaran kenaikan jenjang karier atau meneruskan menghidupi jabang bayi yang baru ia kandung, dari seorang yang bukan suaminya. Lapis demi lapis adegan kemudian mengungkap masa lalu Nay hingga akhirnya ia mengambil sebuah keputusan. Pergolakan batin tersebut berhasil digambarkan oleh Ine Febriyanti, aktris teater dan sinetron yang mengawali karier sebagai model. Yang menarik, ini film layar lebar pertamanya sejak pertama kali masuk blantika seni peran tahun 1990an. Menjalani pengalaman pertama itu, sang ibu dua anak mengalami sejumlah tantangan, salah satunya jeda pengambilan gambar. “Memulai pengambilan gambar lagi supaya nyambung dengan adegan sebelumnya kadang enggak mudah,” cetusnya dalam sebuah wawancara.
- Dokumentasi Jakarta. Katanya film itu cerminan kebudayaan dan kondisi suatu masyarakat pada saat tertentu. Dalam Nay, kita akan temui permasalahan khas ala orang urban. Selain itu, kondisi jalanan Jakarta juga mungkin akan jadi kenangan tersendiri bagi warganya berpuluh tahun mendatang. Kalau suatu hari nanti ada yang tanya, film apa yang di dalamnya tergambar suasana pembangunan jalur MRT di Jakarta (misalnya)? Salah satu jawabannya ya film Nay ini. []
Subscribe to:
Posts (Atom)