Monday, April 23, 2018

The Shining

Akhir maret sampai awal april lalu, film Ready Player One ramai diulas sebagai film bagus—ada juga sih yang bilang film ini jelek. Selain karena kisahnya menarik, banyak easter egg atau pesan tersembunyi berupa kemunculan tokoh dari film lain. Saya jadi terpancing nonton lagi film The Shining.

Sebelumnya, film besutan Stanley Kubrick ini saya tonton tahun 2011. Hampir semua scene memorable yang muncul di Ready Player One, saya ingat—kisah Gold Room, lift muntah darah, dan akhir pengejaran di taman teka-teki (Hedge Maze) baru saya ingat lagi pas nonton di kali kedua. Tidak ada satu kalimat seragam yang menjelaskan The Shining ini film tentang apa. Ada yang memaknai film ini tentang keluarga yang bapaknya kesurupan, ada juga yang analisa bahwa ini tentang si bapak melecehkan anaknya (padahal ga ada visualisasi eksplisit soal itu), ada juga yang membaca bahwa itu tentang pembantaian bangsa indian oleh orang kulit putih.

Ada banyak interpretasi lain sebenarnya tentang film ini. Bahkan, dibuatkan khusus dalam satu film dokumenter sepanjang satu setengah jam berjudul Room 237. Selain The Shining dan dokumenter Room 237, sebenarnya masih banyak video dan tulisan lain yang bahas adegan dan penanda tertentu dari film The Shining. Kalo nonton semua rasanya juga nggak bakal habis-habis karena ada aja analisa yang relevan, karena misalnya dikaitkan dengan karya lain yang lebih kontemporer.

Menyaksikan lagi The Shining dan pembacaan karyanya yang nggak habis-habis, membuktikan bahwa Stanley Kubrick—sineas kelahiran New York AS—bisa panjang umur karena karyanya. Sepanjang umur sebuah filmnya yang lain, yang versi aslinya akan tayang lagi di festival film prestisius Cannes bulan Mei nanti, sebagai perayaan ulang tahun filmnya yang ke-50. Mungkin itu juga momen tepat, tahun ini waktu yang tepat bagi saya buat namatin nonton “2001: A Space Odyssey”. []

No comments:

Post a Comment