Thursday, April 16, 2020

Getty

Pekan ini saya lagi riset tentang kunjungan virtual ke beberapa museum. Buat tayangan 15 Minutes minggu depan. Ternyata, ada dua museum yang akali pembatasan kunjungan akibat wabah covid-19.

Pertama, Rijksmuseum di kota Amsterdam Belanda. Melalui akun media sosial Instagram, pengelola museum ngajak kita mengenal koleksi mereka dengan menirukan gaya karya seni dari Rijksmuseum, pakai alat seadanya yang ada di rumah. Demi eksistensi—atau pengisi kebosanan—banyak orang menirukan lukisan buatan Jan Vermeer, sampai Edouard Manet.



Pada akhirnya, mereka—atau kita yang penasaran dengan kreasi netizen—bisa mengenal beberapa karya seni. Di mana lukisan itu dirumahkan bahkan nggak lagi penting. Museum kedua yang juga ikutan gimmick serupa, Getty Museum.

Nah, nama Getty itulah yang memantik ingatan saya ke sebuah film. Judulnya All The Money In The World. Ceritanya tentang kisah nyata penculikan John Paul Getty III, cucu Jean Paul Getty. Getty nomor pertama memang orang paling kaya sedunia. Dia meraup uang dari penjualan minyak. Sampai kemudian tibalah momen John ditawan penjahat di kota Roma Italia.

Yang menarik dari kisah itu, Getty berkata di hadapan media bahwa dia tidak akan memberikan uang tebusan kepada penculik. Soalnya, kalau sekali di tahun 1973 itu, permintaan dikabulkan, 13 cucunya yang lain juga bisa aja diculik dan dimintai tebusan. Di sinilah konflik film bergulir.

Ibunda John mencari cara agar anaknya bisa dibebaskan dengan bantuan orang kepercayaan mertuanya. Ternyata, Getty nomor satu malah lebih suka hartanya dibelanjakan barang antik dan mahal. Semacam patung kayu dari kerajaan mesir kuno—yang kemudian berusaha dijual Ibu John demi tebusan—sampai sebuah lukisan seukuran pelukan yang ia dekap di hembusan nafas terakhirnya.

Prinsip Getty buat jadi orang kaya yang pelit, saya dapati berbeda dengan cara penyelamatan orang Indonesia yang diculik teroris Abu Sayyaf. Setidaknya, itu pendapat ahli terorisme Asia Tenggara Sydney Jones melalui liputan ini. Menurutnya, kita terlalu mudah memenuhi permintaan penculik. Memang dilematis. Kewajiban negara kan melindungi segenap bangsa. Lantas bagaimana caranya memerangi penculikan? Mungkin salah satunya seperti yang tersirat di liputan Vice Indonesia tadi: jangan sampai pelaut Indonesia harus mencari ikan ke luar rumah mereka. []

No comments:

Post a Comment