Monday, September 26, 2022

Tersirat

 Secara sadar atau tidak, kita menaruh hormat kepada tempat asali dengan cara yang (katakanlah) simbolik. Selain berasal dari perenungan ke arah jendela bis antar kota, ini saya sadari pula dari sebuah tontonan.

Di episode 5 season 1 docudrama What We Do In The Shadows, dikisahkan si vampir betina (betul istilahnya begitu?) Nadja menemui Gregor, seorang pria yang ia percayai reinkarnasi dari kekasihnya di masa lalu. Sebagai "drakula betina" (betul begitu istilahnya?), tokoh yang diperankan Natasia Charlotte Demetriou ini memang imortal.

Maka, ketika Gregor mengajaknya ke sebuah pasar malam, ia mengenang bahwa destinasi kencan mereka, mirip dengan konsep sirkus orang aneh (freak show) di kampung halaman Nadja--yang entah di Eropa bagian mana, tapi jelaslah itu terjadi di masa "jahiliyah". Pembandingan ke tempat asal itu, terasa komedik sekaligus puitik. Saya jadi punya pemahaman baru.


Sebagai "urang sunda", saya mengajarkan anak beberapa istilah dari tempat ayahnya berasal, meskipun mungkin pada akhirnya penggunaan kata itu hanya ada di rumah. Begitu pula istri saya yang pernah mengenalkan istilah "terik" untuk sebuah menu makanan yang saya kira "teri" dan ternyata bukan.


Saya pikir, itu wujud penghormatan. Dan menariknya, diungkapkan secara tersirat. 


Saya jadi lebih suka memaknai alasan ibu punya rumah di pinggir sawah, karena dulu orang tuanya juga punya rumah serupa. Ayah saya pernah cerita, bahwa tiap orang tuanya menyekolahkan anak, satu "balong" dijual. Pahamlah saya, kenapa sekarang Bapak mencintai balongnya, di halaman belakang sebuah rumah pinggir sawah. []

No comments:

Post a Comment