Saturday, September 24, 2022

Baca Ulang Lalita

Saya baca lagi novel yang pertama kali dibaca 10 tahun lalu. Judulnya Lalita, buatan Ayu Utami. Kamu pernah baca juga?

Buku ini bisa dibilang lanjutan dari kanon Bilangan Fu (2008). Tokoh utama di Lalita, masih trio Marja Manjali, Parang Jati dan Sandi Yuda--baru-baru ini saya baru paham bahwa nama dua pria ini diambil dari pemanjat tebing legendaris. 


Dalam petualangannya kali ini, mereka terlibat intrik dengan seorang perempuan yang namanya jadi judul novel. Nama itu, diambil dari kisah yang tergambar di relief Candi Borobudur: Lalitavistara. 


Melalui kisah tentang Lalita, Jataka, Ansel Eibenschutz dan bahkan tokoh betulan semacam Sigmund Freud hingga Claude Debusy, Ayu Utami menyampaikan gagasan bahwa spiritualisme nusantara ini kaya dan adiluhung. Salah satu buktinya, Candi Borobudur itu tadi.


Usai khatam melahap 243 halaman Lalita, impresi "wow" saya rasanya melebihi sensasi ketika tamat baca pertama kali. Waktu itu saya lagi tugas di biro Yogyakarta Metro TV. 


Saking merasa pentingnya menggaungkan lagi misteri Borobudur tadi, saya sempat usulkan jadi ide liputan. Pada akhirnya ide itu batal dieksekusi.


Karena, sebagai reporter di program berita harian, satu ide liputan harus terpaut ke suatu peg news. Opsi lainnya, ide itu harus berangkat dari satu masalah--begitu kepala biro saya dulu mengajarkan.


Nah satu dekade kemudian, rasa takjub dari Lalita tadi tersalur ke pendalaman referensi bacaan yang dibagikan Ayu Utami. Di bagian Catatan Akhir, si "eks parasit lajang" menyebut titel Borobudur: Golden Tales of the Buddha (John Miksic, Periplus:2000).


Hari itu, berangkatlah saya ke Perpustakaan Nasional. Ternyata yang ada Borobudur: Majestic Mysterious Magnificent. Nama John Miksic tetap ada di buku itu. 


Saya pun baca di tempat meski maunya sih dibawa pulang, dipinjam. Sayang, ukurannya kegedean.


Pada akhirnya, setelah sekalian iseng cari lokasi semua judul yang ada di laman "want to read" akun Goodreads, saya bawa pulang tiga buku. Dua di antaranya malah insidental saya comot di sebuah rak lantai 22. 


Yang satu judulnya Manjali, satu lagi Maya. Mereka berdua ditulis Ayu Utami, masih bagian dari Seri Bilangan Fu. []

No comments:

Post a Comment