Saturday, April 10, 2021

Dari Buku Humor Belajar Sejarah

 Sebelum jadi presiden, tahun 1986 Gus Dur menulis kata pengantar untuk sebuah buku. Judulnya Mati Ketawa Ala Rusia—kisah menarik di balik penulisan mukadimah buku itu, bisa dibaca lewat link di bio.


Setelah Gus Dur sering kita kenang sebagai kritikus humoris, buku itu jadi semacam pusaka. Bagi saya sendiri, judul buku yang ada kata “Mati Ketawa”-nya jadi menjanjikan sebuah kesegaran. Buktinya, begitu presiden keempat RI itu baca sekilas Mati Ketawa Ala Rusia, tulisan pengantarnya juga otomatis—meski nggak seotomatis itu—menarik dibaca pula.


Tibalah saya pada sebuah pertemuan dengan Mati Ketawa yang satu ini: Ala Nazi. Rusia dan Nazi berbagi satu karakter serupa: diktatoriat. Dan kritik atas pemusatan kekuasaan itu dilawan dengan humor. Bagaimana bisa?


Ternyata memang bisa. Entah siapa penulis kata pengantar yang saya baca—nggak ada byline atau keterangan namanya. Yang jelas bukan Gus Dur. Buku ini terbitan 2014.


Paragraf pertama foreword buku seukuran genggaman tangan itu berisi kutipan kalimat. Bahwa janganlah kita melawan diktator di atas podium. Dia pasti orator ulung, kita bakal keok. Lantas lawanlah dia dengan lelucon. Hitler saja katanya takut dengan humor.


Buku ini isinya kisah-kisah singkat. Persis format lelucon sejenis yang Gus Dur sering bagikan. Googling saja pakai kata kunci “humor gus dur”. Banyak kutipan dongeng lucu dengan format yang punya alur kisah, dan diakhiri kalimat tak terduga. 


Begitu juga cerita-cerita dalam Mati Ketawa Ala Nazi ini. Satu halaman bisa berisi dua sampai empat judul. Saya tergelak di bacaan pertama, tentang presiden Jerman yang pelupa.


Menariknya, saya juga jadi belajar sejarah. Karena memang disediakan konteks informasi tentang humor yang dimaksud. Ada nama Goebels, Göring, hingga Hindenburg. Bagi orang awam macam saya, orang yang paling terasosiasi ke Nazi Jerman ya Hitler. Dan ternyata saya jadi lebih paham bahwa Hitler tak berdaya tanpa beberapa nama di atas.


Meski muatan sejarahnya cukup bergizi, tujuan saya beli dan baca buku ini sebenarnya bukan biar hafal nama dan istilah. Saya pengen humoris. Haha. Nggak tau deh, buku ini beneran bisa bantu saya jadi nggak kayak kanebo kering, atau justru bisa jadiin saya jago ngelemesin situasi. Sejauh ini sih belum keliatan efeknya. Buktinya, saya kesulitan nyari kalimat penutup yang kocak buat tulisan ini. Hehe.

No comments:

Post a Comment