Setelah sempat
didera isu pelarangan distribusi, film ? akhirnya muncul juga di
peredaran apresiator karya audio visual. Di masa awal kemunculan film
itu, komentar suportif hingga destruktif banyak bermunculan, meski sifat
komentar terakhir sepertinya lebih terasa tajam hingga film ini dicap
kontroversial, tidak layak tonton, penuh pesan tidak baik, sesat. Tentu
itu menurut mereka yang memang tertarik dengan sisi gelap si film. Saya
sendiri menilai, film ? adalah sebuah pelajaran berharga. Intinya film
ini mengajarkan tentang toleransi antar umat beragama. Tapi ternyata ada
hikmah lain selain kehidupan beragama. Misalnya tentang mendidik anak.
Simak dialog Ping Hen dan ayahnya tentang cita-cita tokoh yang
diperankan Rio Dewanto itu. Tan Kat Sun, si ayah Ping Hen tidak pernah
bertanya tentang apa peran yang ingin dijalani anaknya, hingga Ping Hen
atau Hendra berontak, meski ujung-ujungnya dia tetap menjalankan pesan
ayahnya.
Film ini beberapa hari lalu ditayangkan di SCTV, jam setengah 11 malam. Saya tunggu lama, malah baru mulai jam 11. Itu pun setelah dimutilasi sana-sini. Saya stop nonton, mending liat lewat DVD aja. Kabarnya ada yang larang film itu tayang. Saya pernah baca sebuah ulasan (atau tepatnya hujatan) yang diutujukan ke Hanung di sebuah situs yang berlabel agama. Kok isi ulasan itu malah sampai mengarah ke ngorek kehidupan pribadinya si sutradara. Ironis aja, film ? menurut saya sudah mengarah ke satu agama tertentu (agamanya hanung). Contohnya ketika sejarah santa klaus/sinterklas diceritakan, atau kisah Ping Hen yang pindah agama. Tapi kok malah para aktivis agama itu yang resisten sama film ini.
Film ini juga sudah dilampiri data-data (baca: ayat-ayat) yang mendukung ide keberagaman dan saling menghormati. Di film Perempuan Berkalung Sorban sebenarnya saya gemes, menyayangkan absennya Surat Al Ahzab Ayat 35 tentang kesetaraan gender (Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.). Jadinya film itu masih mengesankan ada ketimpangan peran gender di agama yang dibahas di film itu.
Oke, sebagai bonus buat kamu yang menyempatkan baca ulasan ini, saya ceritakan blunder di film ?. Coba lihat cuplikan film di bawah ini. Cek interval waktu 00:28:50 - 00:30:13. Ada perbedaan posisi gambar lukisan Abi di pintu kamarnya. Awalnya kan di tengah, kok tiba-tiba ada di kiri. Haha. Lumayan lah ya, buat lucu-lucuan. Hey abang-abang resistor film ?, kapan-kapan coba ejek bagian yang ini. :p
Film ini beberapa hari lalu ditayangkan di SCTV, jam setengah 11 malam. Saya tunggu lama, malah baru mulai jam 11. Itu pun setelah dimutilasi sana-sini. Saya stop nonton, mending liat lewat DVD aja. Kabarnya ada yang larang film itu tayang. Saya pernah baca sebuah ulasan (atau tepatnya hujatan) yang diutujukan ke Hanung di sebuah situs yang berlabel agama. Kok isi ulasan itu malah sampai mengarah ke ngorek kehidupan pribadinya si sutradara. Ironis aja, film ? menurut saya sudah mengarah ke satu agama tertentu (agamanya hanung). Contohnya ketika sejarah santa klaus/sinterklas diceritakan, atau kisah Ping Hen yang pindah agama. Tapi kok malah para aktivis agama itu yang resisten sama film ini.
Film ini juga sudah dilampiri data-data (baca: ayat-ayat) yang mendukung ide keberagaman dan saling menghormati. Di film Perempuan Berkalung Sorban sebenarnya saya gemes, menyayangkan absennya Surat Al Ahzab Ayat 35 tentang kesetaraan gender (Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.). Jadinya film itu masih mengesankan ada ketimpangan peran gender di agama yang dibahas di film itu.
Oke, sebagai bonus buat kamu yang menyempatkan baca ulasan ini, saya ceritakan blunder di film ?. Coba lihat cuplikan film di bawah ini. Cek interval waktu 00:28:50 - 00:30:13. Ada perbedaan posisi gambar lukisan Abi di pintu kamarnya. Awalnya kan di tengah, kok tiba-tiba ada di kiri. Haha. Lumayan lah ya, buat lucu-lucuan. Hey abang-abang resistor film ?, kapan-kapan coba ejek bagian yang ini. :p
Teks oleh Rheza Ardiansyah
No comments:
Post a Comment