Ini cerita tentang pengalaman saya membaca novel buatan Eka
Kurniawan berjudul Lelaki Harimau. Bukunya saya beli sebelum masa pandemi, dan
baru beres dibaca akhir pekan lalu, karena Eka menulis dengan kalimat yang
beranak-anak dan banyak koma, sehingga rasanya bertele-tele meskipun mungkin
penting untuk menggambarkan suasana atau hal lain di tokoh utama, semacam
kalimat yang saya tulis ini.
“Senja ketika Margio membunuh Anwar Sadat, Kyai Jahro tengah
masyuk dengan ikan-ikan di kolamnya, ditemani aroma asin yang terbang di antara
batang kelapa, dan bunyi falseto laut, dan badai jinak merangkak di antara
ganggang, dadap, dan semak lantana.”
Tuh kan. Satu kalimat loh itu. Jadi kalimat pertama novel setebal 190 halaman ini. Saya sampai harus
menggarisbawahi nama tokoh. Buat tetep bisa berdiri di jalur alur cerita yang
digariskan penulis. Intinya biar tetap paham. Hehe. Bahwa ini kisah pembunuhan.
Margio membunuh Anwar Sadat.
Sejak awal kisah, Margio mengakui bahwa yang membunuh Sadat
bukan dirinya, melainkan seekor harimau putih. Benarkah begitu? Lembar demi
lembar yang saya lahap ternyata mengungkap hal yang lebih dalam.
Apresiasi
Di halaman muka novel yang sampulnya didesain oleh Eka
Kurniawan sendiri, ada titel “Prince Claus Award 2018”. Penghargaan ini diberikan kerajaan Belanda buat pencapaian bidang kebudayaan dan pembangunan.
Begitu sampul dibuka, puja-puji lain langsung kita jumpai dari
banyak nama besar di jagat kepenulisan. Misalnya Bernard Batubara yang menulis
di Jawa Pos bahwa “membaca novel-novel Eka Kurniawan adalah membaca
karya-karya pengarang dunia di dalam satu buku.”
Susie Rodarme, dari Book Riot, menyanjung bahwa Kurniawan
telah dibanding-bandingkan dengan Gabriel Garcia Marquez. Penulis asal Kolombia
itu terkenal dengan genre bernama magical realism.
Sentuhan magis berupa kehadiran harimau di dalam tubuh
Margio, mewarnai realisme situasi yang dihadapi para tokoh utama. Barangkali itulah
yang dimaksud realisme magis ala Eka Kurniawan.
Diawali O
Selain pernah menonton film yang disadur dari cerpennya, saya membaca karya Eka dimulai dari O. Waktu itu saya beli novelnya
setelah dia baru dirilis. Penulis kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat ini ternyata sudah aktif sejak tahun 2000an. Lelaki Harimau ini saja terbit perdana tahun
2004, meskipun versi sampul bergambar muka orang berkumis kucing baru dirilis 10
tahun setelahnya--dan didesain oleh Eka sendiri.
O berkisah tentang monyet yang jatuh cinta kepada manusia. Sesederhana
itu premisnya. Dari pertalian kisah Si Monyet O yang ingin berubah jadi
manusia, berpilin cerita lain yang tak kalah dramatik. Meskipun, sekali lagi:
ada bagian yang terasa bertele-tele. Mungkin saya memang nggak se-sastrawi itu.
Memburu Lelaki
Harimau
Pengalaman membaca O membuat saya merasa untuk tidak perlu
melanjutkan judul lain yang ditulis Eka. Nyatanya, jalan hidup kita kadang
ditentukan algoritma media sosial. Ketertarikan buat beli dan baca Lelaki
Harimau, sebenarnya bermula dari sebuah caption Instagram di akun Klub Baca
Bandung.
Di luar dugaan, Lelaki Harimau memancing saya lagi buat baca
buku Eka Kurniawan lain. Soalnya, Kyai Jahro katanya terkait dengan novel Cantik
Itu Luka. Dan karangan pertama Eka Kurniawan itulah yang mengantarkan dia
disebut-sebut sebagai The Next Pramoedya Ananta Toer—begawan sastra Indonesia.
Apalagi, dalam waktu dekat novel Seperti Dendam, Rindu Harus
Dibayar Tuntas bakal muncul versi filmnya. Katanya sih roman rilisan tahun 2014
ini lebih badass dibanding karya Eka
lain.
Yang Terlewat
Sebelum melanjutkan ke judul-judul itu, saya tergelitik
dengan satu ulasan lagi di halaman awal Lelaki Harimau. Dalam Koran Tempo,
Aquarini Priyatna Prabasmoro menulis “Dalam Lelaki Harimau, Margio bukan hanya
jatuh cinta pada ibunya sendiri, namun juga menghargai kegilaan ibunya.”
Apa? Jatuh cinta? Sebenarnya nggak ada gambaran jatuh cinta “erotik”
dalam hubungan ibu-anak antara Margio dan Nuraeni, tapi memang ada cinta “platonik”
yang diekspresikan Margio. Buat lebih merasakan itu, saya harus baca ulang. Kapan
lagi kan, bisa baca buku dua kali, langsung secara berurutan. []