Headset
Saya baru nyobain pake headset open ear. Jadi, sumber suaranya nggak masuk ke lubang telinga.
Kita denger suara dari speaker kecil yang diarahkan ke telinga. Selain bakal bahas tentang sensasi pemakaiannya, saya mau kaitin teknologi ini sama novel Origin.
Origin buatan Dan Brown--yang terkenal dengan The Da Vinci Code-nya itu--ceritanya tentang Robert Langdon (lagi) yang terlibat pembunuhan seorang inventor--macam Steve Jobs gitulah.
Nah di awal kisah, dia diundang ke sebuah pameran seni. Semua tamu undangan dipandu pakai sebuah headset yang pemakaiannya cukup ditempelin ke tulang di bawah telinga.
Ternyata, dari benda sekecil itu ceritanya Profesor Langdon seakan-akan bisa denger suara di dalam kepalanya--dari pemandu museum. Macam mendengar firman Tuhan gitu kali ya. Haha.
Apakah sensasi dengerin audio dari open ear headset juga begitu? Nggak juga sih, tapi memang lebih nyaman. Setidaknya bagi saya.
Pertama, kita jadi bisa dengerin suara sekitar juga. Meskipun beberapa closed ear headset ada juga yang punya fitur nggak nutup suara sekitar, tapi versi open ear ini lebih ngasih sensasi "aware".
Kedua, nggak bikin pegel lubang telinga. Kalo pun pegel paling rasanya kayak kita kelamaan pake masker yang ngepas.
Kekurangannya, bass kurang nendang. Meskipun begitu, suara decak dan bisik tetap bisa kita nikmati. Misalnya waktu saya denger lagu Bring Me The Horizon yang judulnya One Day The Only Butterflies Left Will Be In Your Chest As You March Towards Your Death--ada suara Amy Lee di lagu itu.
Sepertinya, headset macam ini memang paling cocok kalo kita olah raganya sambil dengerin podcast. Meskipun sekali lagi, denger lagu pun tetep enak. Dan sekali lagi lagi, ternyata sensasinya nggak kayak kita dengerin wangsit seperti yang saya harapkan. Hehe.
No comments:
Post a Comment