Saya pengen nangis, cuma malu. Soalnya nonton bareng istri. Haha. Sedih sih kisah si Ali ini.
Dia ditinggal ibu sejak kecil, demi mimpi sang ibu. Ketika ayahnya meninggal, Ali remaja nekat ke New York buat ketemu ibunya.
Di kota terpadat se-Amerika Serikat itu, Ali ketemu empat orang tante-tante yang tinggal di rumah yang dulu ditempati sang ibu. Ratu-Ratu Queens di judul film, merujuk ke geng perantau di "kecamatan" Queens ini.
Singkat cerita, Ali dan ibunya ketemu. Kami nonton sejak malam, cuma kepotong di bagian itu. Tepat ketika Ali berdiri di pintu depan rumah baru ibunya, bawa sekotak rendang--simbol "keluarga" yang dimunculkan sejak awal film.
Pagi ini, film kami lanjutkan dengan pertanyaan tentang penerimaan ibunya. Ali diakui nggak ya? Dan sepanjang film, hal sederhana tentang pengakuan itulah yang dicari Ali, atau siapa pun yang merasa udah nggak punya siapa-siapa.
Kedekatan film ini dengan banyak orang, keliatan lewat komentar-komentar di medsos. Sutradara Yosep Anggi Noen pernah ngalamin kisah "tanda alam" lewat stiker random yang dia liat di tempat umum. Mirip cerita Ali yang diliatin stiker "You Belong Here".
Papin alias Pinot, yang ngerjain departemen animasi di film ini, waktu pertama kali ke New York juga merespons kota itu dengan doodle. Pun begitu dengan karakter Ali yang suka ngegambar.
Selain tentang pencarian ibu yang jadi TKW, film ini juga tentang "judi memburu mimpi". New York--atau kota atau kabupaten manapun--sepertinya memang lumrah menyimpan kisah-kisah pertaruhan. Modal mewujudkan mimpi dibayar di muka--bagi ibu Ali, dia seharga suami dan anak. Soal berhasil atau nggak, itu lain soal.
Rilisan teranyar Palari Films ini cocok buat kamu yang meresapi kisah-kisah di akun Instagram Humans of New York. Cuma kali ini lebih mendalam, lewat seorang penghuni baru imajinernya yang bernama Ali. []
No comments:
Post a Comment