Manusia lawan hewan. Dalam film, mana yang menang? Biasanya, yang pertama. Setidaknya, begitu pula ketika seorang perenang melawan kawanan buaya dalam film Crawl. Percayalah, mengetahui ending film survival semacam ini tidak akan mengurangi ketegangan menyaksikan menit demi menit judul yang saya bahas ini.
Crawl berkisah tentang Haley. Dia nekad menembus jalur terlarang yang berpotensi dilanda badai. Prediksi pun terjadi. Haley terjebak bersama ayahnya di rumah yang semula akan dijual. Lewat dialog di bagian awal film, penonton akan mafhum bahwa ada yang tidak beres dalam relasi ayah dan anak ini.
Kisah bergulir. Badai memburuk. Hujan lebat dan angin kencang merusak kawasan di sekitar rumah, termasuk peternakan aligator. Hewan melata inilah sumber ancaman Haley dan ayahnya. Saya memang bilang manusia menang, tapi nggak bilang manusia yang mana kan?
Crawl disutradarai Alexandre Aja. Dalam salah satu daftar filmografinya, ada judul Piranha yang diproduksi 2010. Nampaknya urusan hewan melawan manusia berlatar alam yang ganas, jadi perhatian khusus sutradara asal Inggris ini. Dalam hal menyisipkan kisah humanis di antara pertarungan itu, rasanya Crawl nggak terasa mulus. Saya teganggu dengan dialog melankolis bahwa ayah Haley ragu menjual rumah mereka. Terutama ketika Haley bilang “this is not home, we are home”—merujuk ke dirinya dan sang adik. Saya sulit membayangkan kalimat melankolis tadi cocok diucapkan dalam situasi genting semacam itu.
Film tentang manusia melawan binatang, yang paling fenomenal barangkali Jurassic Park. Bagi saya, ada dua judul lain: The Shallow dan Grey. Yang pertama, tentang seorang peselancar lawan ikan hiu. Deep Blue Sea dan Jaws boleh dibilang perintis phobia orang awam terhadap hiu. Dan The Shallow ini, menambah satu poin kontribusi. Meskipun kontra narasi soal itu juga banyak dikampanyekan: di dunia nyata, jauh lebih sedikit hiu membunuh manusia dibandingkan sebaliknya.
Sementara, film Grey bercerita tentang duel seorang penyintas kecelakaan pesawat dan sekawanan serigala. Di sini, para canis tadi “akting” nggak kalah meyakinkan. Entah gimana tekniknya. Si tokoh utama yang dimainkan Liam Neeson seakan bertaktik dengan makhluk berintelejensi. Dibanding Crawl dan The Shallow, Grey lebih interpretatif. Penonton akan punya penafsiran sendiri atas pertanyaan tentang siapa yang sebenarnya bertahta sebagai pemuncak piramida ekologi. []
No comments:
Post a Comment