Sunday, August 23, 2020

Patung Buddha yang Belum Tuntas

Buku Dari Buku ke Buku sepertinya akan lebih cocok dibaca akademisi di bidang sejarah. Seperti yang saya ulas di posting sebelumnya, gaya penulisan Pak Swantoro melompat-lompat. Apalagi detil sitasi dari sumber asli dipaparkan melimpah dan mentah. Misalnya, teks berbahasa belanda ditulis seadanya. Begitu pula dengan informasi berbahasa inggris. 

“Sebenarnya enggan saya menerjemahkannya, khawatir kalau menjadi padam ‘apinya’. Namun demi pembaca muda yang masih bergulat dengan bahasa inggris, mohon dimaklumi keberanian saya menerjemahkannya.” (Hal. 164)

Meski begitu, fakta dan data yang dipaparkan di dalamnya tetap bisa dipahami, dan menguntungkan. Bayangkan, buku ini kasih kita kesempatan lihat bagian dalam sebuah buku yang dibeli bersama The History of Java seharga 800 dolar AS di Amerika Serikat. Buku yang dimaksud: Antiquarian, Architectural and Landscape Illustrations of the History of Java. Di dalam buku ilustrasi ini, ada visualisasi seorang ningrat bertelanjang dada, keris tersampir di pinggangnya. Ada pula gambar tampak samping ningrat lain, yang dipajang pula di bagian cover buku berisi esai tentang buku koleksi P. Swantoro ini. 


Ada pula salah satu tulisan dalam buku ini, yang membandingkan beberapa buku untuk menjawab misteri keberadaan arca yang belum diukir sempurna di puncak Candi Borobudur. Meskipun foto arca yang dimaksud diperlihatkan, Pak Swantoro mendeskripsikannya melalui kutipan pernyataan Profesor Soekmono, kepala pemugaran Candi Borobudur:


“Dalam literatur mengenai Candi Borobudur, arca itu memang disebut ‘the unfinished buddha’, arca buddha yang belum rampung. ‘Mukanya jelek dan tubuhnya cacad. Keriting rambutnya belum dipahat…” (Hal. 115)


Buku buatan Bernet Kempers berjudul Ageless Borobudur, memaparkan bahwa ada dua pendapat tentang eksistensi The Unfinished Buddha: apakah dia memang bagian dari stupa induk, atau sebaliknya? Pada akhir tulisan, Pak Swantoro menarik kesimpulan berdasarkan tafsir Serat Centhini. Prof Soekmono memaknai bahwa: arca cacad yang bertakhta dalam stupa induk Candi Borobudur adalah pelengkap yang mutlak harus ada untuk menggambarkan kesempurnaan manifestasi Sang Buddha secara keseluruhan. []

No comments:

Post a Comment