Tuesday, August 11, 2020

Buku tentang Buku

Saya sedang baca buku tentang buku. Ini kumpulan tulisan nonfiksi. Bisa dibilang, esai berdasarkan judul buku dan topik tertentu. Penulisnya: P. Swantoro. 

Polycarpus adalah P dalam nama depan Pak Swantoro. Ini perlu disampaikan agar Kamu nggak nyangka bahwa ketika saya sebut nama Pak Swantoro, P di nama depan beliau malah disangka “Pak”. Sebetulnya kalau mau lebih tepat kita bisa sebut beliau dengan panggilan Kek. Almarhum Kek Swantoro, wafat setahun lalu dalam usia 87 tahun.

 

Buku “Dari Buku ke Buku”, jadi warisan salah seorang pendiri Kompas Gramedia ini. Ada 32 judul yang dibundel ke dalam 472 halaman. Salah satu yang barangkali menggambarkan keseluruhan gaya tutur buku ini, bisa ditilik dalam sebuah judul: “Dari Majalah Basis ke Balai Poestaka”.

 

Pembahasan Balai Poestaka, sebetulnya bermula dari “pancingan” di tulisan sebelum judul-yang-juga-mengulas-Majalah-Basis-itu. Kalimat pertama bab kelima ini berbunyi: 

“Di atas sudah saya sebut nama G.Vriens yang menulis laporan tentang meletusnya Gunung Merapi akhir 1930. Nama itu membawa kenangan tersendiri bagi saya.” (hal. 43)

Pada dekade tahun 1930an dunia memang menghadapi resesi ekonomi, justru setelah redanya dampak suram perang dunia pertama. Di pulau Jawa, kondisinya diperparah dengan bencana gunung meletus. Laporan jurnalistik tentang katastropi itulah yang membuat Pak Swantoro tertarik jadi wartawan di Majalah Basis tahun 1957.

 

Lantas, Pak Swantoro “melantur”—demikian dia menyebut dirinya sendiri ketika membelokkan topik bahasan. Pak Swantoro menceritakan Balai Poestaka sebagai salah satu lembaga penerbitan yang berperan mengabarkan pagebluk 1930-an.

 

Fakta unik: Balai Poestaka dibentuk tanggal 15 Agustus 1908. Dan kita sama-sama paham bahwa 37 tahun lebih dua hari kemudian, Indonesia merdeka. Padahal, Balai Poestaka ternyata juga dikenal rajin membendung arus penerbitan buku dan artikel karya para aktivis anti-kapitalis dan anti-kolonialis.

 

Dalam lembar-lembar selanjutnya, saya kemudian membaca kisah tentang Pangeran Diponegoro dan buku Java de Oorlog atau Perang Jawa. Ini masih halaman 80-an. Masih ada 400-an halaman lain yang akan mengenalkan saya ke buku-buku lain yang berkaitan dengan Nusantara dan Indonesia. Dengan membacanya, sejauh ini sih saya suka. []

No comments:

Post a Comment