Wartawan Tirto.id dan The Jakarta Post baru-baru ini berduet menguak skandal pelecehan seksual di dalam institusi keagamaan. Bertahun-tahun sebelum ini, wartawan The Washington Post mendapat hadiah Pulitzer di Amerika Serikat karena mengungkap kasus serupa. Kisah mereka lalu difilmkan dalam judul Spotlight.
Film lain yang juga berlatar lembaga kekristenan, ada di film Angels and Demons. Ceritanya tentang pembalasan dendam oleh organisasi rahasia bernama Illuminati.
Syahdan, para ilmuwan disebut sebagai illuminatus atau “mereka yang tercerahkan” setelah sejumlah temuan ilmiah, ternyata bertentangan dengan doktrin gereja. Galileo menyatakan bahwa bumilah yang sebenarnya mengelilingi matahari, bukan sebaliknya seperti yang termaktub dalam kitab suci. Atas publikasi itu, Galileo dihukum mati.
Nasib serupa juga menimpa empat orang illuminatus lain yang meninggal dalam sebuah tragedi bernama La Purga. Para illuminatus lalu berkumpul dalam organisasi bernama Illuminati. Mereka menjadi organisasi rahasia untuk menghindari penghukuman gereja. Ratusan tahun kemudian, orang-orang yang memilih percaya sains dan menafikan agama itu, membalas dendam.
Empat orang kardinal diculik dan diancam pembunuhan. Di dada mereka masing-masing dilesakkan penanda ambigram: earth, fire, air, water. Illuminati malah bertindak lebih katastropik. Mereka mencuri antimateri dari pusat penelitian CERN untuk kemudian membuat ledakan setara sekian kali lipat ton bom atom di Vatikan. Berhasilkah pembalasan dendam ini?
Film Angels & Demons diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Dan Brown. Serial buku penulis asal Inggris itu bertokoh utama Robert Langdon, ahli simbologi. Dalam The Da Vinci Code dan Inferno yang juga difilman, Langdon diperankan oleh Tom Hanks.
Langdon berperan penting dalam teka-teki pencarian lokasi pembunuhan para kardinal, sebelum Hassassin alias pembunuh bayaran tiba di lokasi itu. Ia mengandalkan kode yang ditulis Galileo dalam buku di perpustakaan Vatikan. Galileo sendiri—diinformasikan melalui sebuah dialog—sebenarnya seorang pengamal agama yang taat, selain—sekali lagi—anggota Illuminati.
Karena menjadi organisasi rahasia sejak represi dari otoritas keagamaan, Illuminati jadi menarik didalami. “Kerahasiaannya” tadi ternyata terus jadi komoditas. Misalnya jadi inspirasi lagu ini. Kalau pun memang masih ada dan keanggotaannya melekat ketika seseorang lebih mempercayai pembuktian sains dibanding agama, maka jumlahnya barangkali tidak sedikit.
Apa pun itu, gambaran serupa di film Angels and Demons tak boleh terjadi. Kepercayaan terhadap sesuatu jangan sampai menjadi pembenaran atas teror dan pembunuhan. []