Black Museum
Saya baru nonton satu episode serial Black Mirror. Judulnya Black Museum. Ceritanya tentang seorang remaja yang mengunjungi museum terpencil. Pengelolanya seorang ahli (atau makelar) teknologi. Teknologi yang berujung petaka.
Garis merah temuannya, berkaitan dengan rasa sakit. Seorang dokter menjajal transmitter rasa sakit sehingga dia bisa langsung mengobati sumber penyakit si pasien. Lama-lama, dia ketagihan.
Dalam subkisah lain, seorang tahanan menjalani proses pemindahan diri (kesadaran) ke dalam wujud hologram. Setelah hidup abadi dalam citra digital, dia menjadi objek eksploitasi para masokis. Cerita berakhir dengan terungkapnya motif kunjungan si remaja di awal.
Cermin Gelap
Rangkaian judul Black Mirror menjadi cermin gelap yang memberi kita ancang-ancang sebelum teknologi berakibat buruk. Dalam judul lain, Nosedive, kehidupan yang bergantung ke impresi media sosial digambarkan.
Seorang perempuan terobsesi dengan citra diri positif di mata orang sekitarnya. Biar dia bisa beli apartemen mewah yang ujung-ujungnya dipakai buat mencitrakan dirinya yang sok glamor juga. Semua demi citra.
Barangkali judul terakhir itu yang paling lekat dengan aktivitas kita. Kita yang cuma 37 persen populasi manusia. Survey We Are Social menunjukkan bahwa 63 persen atau 4,8 milyar orang, tidak aktif di media sosial.
Dalam kisah Nosedive, rencana si tokoh utama akhirnya ambyar. Ternyata tidak semua hal harus diukur dari rangking media sosial. Pengejaran kesempurnaan profil itu, justru bikin frustrasi.
Realitas Media Sosial
Ada satu kisah yang pernah saya tonton di BBC Reel yang visual dan kisah personalnya bikin kita mikir lagi ketika lihat diri kita atau seseorang di media sosial. Ceritanya, si perempuan ini terobsesi dengan hidup seorang model yang terlihat sempurna. Nyatanya, di luar citra media sosial, sang model juga manusia biasa. Ada masalah juga.
Tayangan lain yang juga baru saya tonton, berisi tips agar media sosial menyehatkan. Terutama saat masa PSBB kayak sekarang. Seorang model, Naomi Shimada ingatkan penonton videonya bahwa kita bukanlah medsos kita.
“It is not more important than you. Not posting doesn’t mean you not exist.” []
No comments:
Post a Comment