Masa pandemi yang memaksa kita #dirumahaja, bikin ada semacam ruang kosong di keseharian. Kamu merasa begitu? Saya sih, iya. Ada semacam jeda yang kita sadari. Nggak ngapa-ngapain. Kerjaan beres, rumah bersih, makan udah, mau tidur nggak ngantuk, baca bosen, nonton males, keluar jelas berisiko. Tapi saya jadi bisa merasakan Ma.
Dalam sebuah ulasan, Insider menguak sisi eksotis dari film Hayao Miyazaki, Spirited Away. Menurut analisa itu, ada satu hal yang membuat spesial kartun pemenang Best Animated Feature di Academy Award alias Oscar 2003 ini. Dalam rangkaian adegannya, ada sesuatu bernama Ma, bermakna kekosongan.
Sebenarnya, definisi literal Ma menurut sang sutradara: jeda waktu di antara tepukan tangan. Maksud dia, kalau film diisi ruang momen, bangunan tensi jadi punya dimensi lebih luas. Kadang itu berupa adegan makan nasi sambil nangis, sesuatu yang nggak berkonsekuensi signifikan di film Spirited Away. Dan durasi totalnya bisa 6 menit sendiri buat momen semacam ini dari keseluruhan 2 jam 5 menit.
Pemanfaatan konsep Ma, kayaknya juga dipake di sebuah film yang—secara nggak sengaja—saya tonton semalam: The World of Married Couple. Film idola sejuta kaum ibu itu bercerita tentang pecahnya kehidupan rumah tangga akibat orang ketiga.
Cerita semalam: tokoh suami duduk dan makan mie. Sumpitnya berbahan besi. Panci buat masak mie tadi dibawa ke meja makan, dialasi potongan kayu. Mie disantap, setelah disajikan dulu ke piring kecil. Ini bukan adegan biasa.
Hal ringan sesederhana makan mie aja, bisa jadi media promosi budaya Korea. Istri saya target korbannya. Cara dia makan samyang, kurang lebih persis kayak di film itu. Bagi saya yang nggak ngerti konteks keseluruhan adegan makan mie, potongan itu kosong-kosong saja. Ma.
Bagi istri saya, ternyata pemaknaannya nggak berhenti di situ. Ketika lagi nikmat makan mie tadi, si suami dikasih kimci sama istri (muda)nya. Orang Korea ternyata memang biasa menyantap mie yang digabung potongan sawi putih dingin. Kalau kimcinya ketinggalan dimakan, berarti ada yang salah. Di situlah poin utamanya. Adegan makan berkait ke alur kisah berikutnya.
Dengan Ma tadi, film Spirited Away bisa jadi terasa bertele-tele. Adegan makan mie juga terasa trivial. Nggak penting-penting amat. Tapi buat orang-orang yang bisa menikmati sensasi Ma, bisa jadi itu penting—dalam istilah film Hayao Miyazaki: magical. Sama halnya dengan Ma di keseharian kita—jika memang kita mau menyebutnya demikian. Lagipula, yang bikin kita menjadi manusia justru kan pencarian makna. Ma itu mungkin salah satu sarananya. []
No comments:
Post a Comment